Kawanan Bersenjata Serang Hotel di Mali, 27 Tewas

Tantara Mali membantu seorang sandera untuk meninggalkan lokasi serangan di hotel Radisson Blu di Bamako, Jumat (20/11).

Di antara para korban yang tewas dalam serangan kawanan bersenjata di Hotel Radisson Blu di Bamako, Jumat (20/11) termasuk warganegara Perancis, China, Kanada, dan setidaknya seorang warganegara Amerika.

Jurubicara militer Mali menerangkan, korban tewas dalam serangan di hotel Radisson Blu di ibukota Bamako hari Jumat (20/11) berjumlah 27 orang termasuk dua orang bersenjata pelakunya.

Wartawati Katarina Hoije dalam laporan kepada VOA dari Bamako mengatakan masih belum diketahui apakah ada seorang bersenjata lagi yang ikut dalam serangan itu. Ia mengatakan, penyelidik forensik sedang melakukan tugas mereka di hotel itu Jumat malam setelah pasukan khusus Mali membersihkan hotel itu.

Dua kelompok militant di Afrika Barat : Al-Qaida in the Islamic Maghreb (AQIM) dan afiliasinya El Mourabitoune mengaku bertanggungjawab atas serangan itu. Seorang pejabat Departemen Pertahanan Amerika menyebut AQIM selaku tersangka utama dalam serangan itu.

Presiden Mali Ibrahim Koubacar Keitha yang mempersingkat lawatannya di Chad untuk pulang ke Bamako hari Jum’at telah memaklumkan keadaan darurat dan tiga hari berkabung di negaranya.

Dalam pidato di televisi pemerintah, Keitha mengatakan pemerintah akan melakukan apa saja yang dapat dilakukan untuk melenyapkan terorisme di Mali. Laporan semula mengatakan kawanan bersenjata manyandera sampai 170 orang dan hanya 80 yang berhasil dibebaskan. Menurut Katarina Hoije korban yang tewas termasuk warganegara Prancis, China, dan Kanada. Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan di antara yang tewas juga terdapat seorang warganegara Amerika.

Sebelumnya, pasukan khusus Mali bergerak lantai demi lantai di Hotel Radisson Blu di Bamako untuk menyelamatkan para sandera yang belum dibebaskan, menurut sumber-sumber keamanan. Pasukan khusus Amerika dilaporkan membantu dalam upaya penyelamatan itu.

Laporan-laporan mengatakan kawanan bersenjata itu membebaskan sandera yang bisa melafalkan ayat-ayat al-Quran. Sedikitnya empat orang awalnya bersenjata menyerbu hotel itu.

Pasukan PBB dan Mali telah mengepung hotel itu dan jalan-jalan menuju ke sana telah ditutup. Pihak berwenang Mali mendesak warganya agar tetap tinggal di mana mereka berada saat ini dan tidak keluar selama berlangsung pengepungan hotel itu.

Perancis mengirimkan tim paramiliter yang mengkhususkan diri dalam situasi penyanderaan untuk membantu dalam operasi penyelamatan. Mali adalah bekas jajahan Prancis. [lt/al]