Korea Utara akan memindahkan lebih dari 15.000 korban banjir ke ibu kota, lapor media pemerintah pada Sabtu (10/8). Pemimpin Kim Jong Un menekankan bahwa upaya pemulihan akan dilakukan "berdasarkan kemandirian," meskipun ada tawaran bantuan dari negara lain.
Minggu lalu, Pyongyang melaporkan bahwa hujan lebat yang mencetak rekor pada akhir Juli menewaskan sejumlah orang yang tidak disebutkan jumlahnya, membanjiri tempat tinggal, dan merendam sebagian besar lahan pertanian di wilayah utara dekat China.
Dalam kunjungannya ke Uiju yang dilanda banjir pada Jumat, Kim Jong Un mengatakan bahwa pemerintah berencana menampung sekitar 15.400 korban banjir dari wilayah utara di fasilitas-fasilitas di ibu kota hingga rumah-rumah mereka yang rusak dibangun kembali, menurut Kantor Berita Pusat Korea.
BACA JUGA: Kim Jong Un Kecam Media Korea Selatan atas 'Rumor' Kerusakan akibat BanjirRencana tersebut, yang akan mencakup bantuan makanan dan medis serta dukungan pendidikan bagi ribuan siswa yang dipindahkan, akan menjadi "prioritas utama negara," kata Kim.
Sejak berita tentang bencana banjir muncul, tawaran dukungan internasional terus mengalir, termasuk dari Korea Selatan, yang menawarkan bantuan kemanusiaan melalui Palang Merah Korea meskipun hubungan antara kedua negara sedang tegang.
Menurut Pyongyang, Moskow juga mengajukan tawaran serupa, sementara kantor berita Yonhap di Seoul melaporkan bahwa China dan Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan kesiapan mereka untuk memberikan bantuan.
Namun, Kim mengatakan pada Jumat bahwa upaya pemulihan negara itu akan "sepenuhnya didasarkan pada kemandirian", menurut KCNA.
BACA JUGA: Putin Janji Bantu Korea Utara Usai Bencana BanjirNamun, ia mengungkapkan "terima kasih kepada berbagai negara dan organisasi internasional atas tawaran bantuan kemanusiaan mereka," kata laporan tersebut.
Media Korea Selatan melaporkan bahwa jumlah korban tewas dan hilang di Korea Utara bisa mencapai 1.500 orang, namun Kim pada hari Jumat menolak laporan tersebut sebagai "provokasi serius" dan "penghinaan terhadap orang-orang yang terkena banjir yang dalam keadaan aman dan sehat."
Bencana alam cenderung berdampak sangat besar pada negara yang terisolasi dan miskin ini karena infrastrukturnya yang lemah, sementara penggundulan hutan telah membuatnya rentan terhadap banjir.
Hubungan antara kedua Korea saat ini berada di salah satu titik terendah dalam beberapa tahun terakhir. Korea Utara baru-baru ini mengumumkan pengerahan 250 peluncur rudal balistik di dekat perbatasan selatannya. [ah/ft]