Hingga Senin (28/8), belum jelas apakah duta besar Prancis untuk Niger telah meninggalkan negara di Afrika itu sebagaimana yang diperintahkan oleh para pemimpin baru negara tersebut.
Hari Jumat, kementerian luar negeri Niger mengatakan Sylvain Itte punya waktu 48 jam untuk meninggalkan negara itu. Ultimatum itu diberikan setelah Itte menolak bertemu dengan para pemimpin kudeta bulan lalu, yakni para pemimpin militer yang menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum. Presiden dan keluarganya telah ditahan oleh militer di istana presiden.
Niger adalah bekas koloni Prancis, Prancis masih memiliki 1.500 tentara di sana yang membantu Niger memerangi pasukan jihadis.
Ribuan orang Niger turun ke jalan-jalan Niamey, ibu kota Niger, pada hari Minggu untuk menunjukkan dukungan mereka bagi para perwira militer yang menggulingkan Bazoum.
Prancis belum mengakui para pemimpin baru Niger, dengan mengatakan bahwa pemerintahan Bazoum masih menjadi satu-satunya otoritas yang sah di Niger.
Prancis juga sependapat dengan blok negara-negara Afrika Barat ECOWAS dan seruan blok itu mengenai pemulihan kedudukan Bazoum.
ECOWAS telah mengancam akan menggunakan kekuatan militer untuk memulihkan jabatan Bazoum. [uh/ab]