Kebijakan Lingkungan dan Energi Berubah di Bawah Pemerintahan Trump

  • Steve Baragona

Foto udara menunjukkan pipa minyak Keystone yang dibangun oleh perusahaan TransCanada Corp., menumpahkan minyak 210.000 gallon di area tanah pertanian dekat kota Amherst, South Dakota (foto: ilustrasi). Presiden AS Donald Trump menghidupkan kembali dua jaringan pipa minyak yang sebelumnya telah dibatalkan oleh Presiden Barack Obama.

Donald Trump berkampanye sebagai pendorong penggunaan bahan bakar fosil serta skeptis terhadap ilmu pengetahuan tentang perubahan iklim, dan kebijakannya selama setahun terakhir mencerminkan pandangan itu.

Beberapa keputusan pertama Presiden AS Donald Trump menghidupkan kembali dua jaringan pipa minyak yang telah dibatalkan oleh Presiden Barack Obama.

Kebijakan tersebut merupakan langkah pembuka dalam doktrin baru tentang dominasi energi yang menurut Trump untuk melindungi keamanan nasional.

“Selama lebih dari 40 tahun, Amerika rentan terhadap rezim asing yang menggunakan energi sebagai senjata ekonomi,” tandas Trump.

Namun, teknologi baru telah mengubah Amerika Serikat dari negara importir utama menjadi eksportir utama energi.

Presiden Trump ingin memanfaatkan momentum itu sepenuhnya. Dia memutuskan untuk membuka lahan publik untuk eksplorasi batubara, minyak dan gas alam, dan melonggarkan peraturan mengenai produksi energi serta membatalkan peraturan yang bertujuan untuk memerangi perubahan iklim.

Langkah itu termasuk membatalkan peraturan Presiden Obama tentang emisi gas rumah kaca dari pembangkit listrik.

“Mungkin tidak ada satu pun peraturan yang mengancam para penambang, pekerja energi dan berbgai perusahaan lebih dari serangan menghancurkan terhadap industri Amerika ini,” ujar Trump.

Namun para kritikus mengatakan bahwa sebagian besar negara bagian berada di jalur untuk memenuhi pencapaian tujuan-tujuan dari peraturan yang dibatalkan tersebut, tanpa menghancurkan industri mereka. Mereka mempertanyakan alasan Presiden Trump menarik diri dari kesepakatan iklim Paris.

“Kesepakatan ini tidak banyak berhubungan dengan iklim tapi lebih pada kenyataan bahwa negara-negara lain memperoleh keuntungan finansial dari Amerika Serikat,” imbuhnya.

Sementara itu, 2017 merupakan tahun yang termasuk dalam tiga tahun terpanas dalam catatan sejarah. Para ilmuwan semakin melihat bukti adanya perubahan iklim pada gelombang panas, badai dan cuaca ekstrem lainnya.

Para kritikus mengatakan bahwa upaya-upaya Presiden Trump menuju ke arah yang salah.

Nicholas Bianco dari lembaga riset lingkungan World Resources Institute mencatat bahwa masyarakat ilmiah terkemuka di dunia telah menyimpulkan bahwa aktivitas manusia adalah penyebab utama perubahan iklim.

Tahun ini berakhir dengan kebakaran hutan yang melanda California. Lebih banyak kebakaran diramalkan akan terjadi seiring dengan perubahan iklim; dan debat pro-kontra mengenai kebijakan iklim diperkirakan akan terus berlangsung di seluruh Amerika. [lt/ab]