Kebisuan China Soal Balon Mata-mata Berisiko Tingkatkan Ketegangan dengan AS

  • Jeff Seldin

Tim khusus FBI memeriksa material balon mata-mata yang berhasil dikumpulkan dari lepas pantai South Carolina. Material balon tersebut dibawa ke laboratorium FBI di Quantico, Virginia, pada 9 Februari 2023. (Foto: FBI via AP)

Kemarahan dan rasa muak terhadap China karena melanggar wilayah udara dari lusinan negara dan menjelajahi dunia dengan armada balon pengintai, membuat Washington semakin khawatir tentang perilaku Beijing, yang menjadi pertanda buruk akan potensi insiden di masa depan.

Khususnya di Pentagon, pejabat senior pertahanan Amerika Serikat memperingatkan penolakan militer China untuk berbicara, setelah AS menembak jatuh balon mata-mata terbaru yang melintasi wilayah AS.

BACA JUGA: AS: Militer China Kemungkinan di Belakang Pusat Operasi Balon Mata-mata

“Itu sangat berbahaya,” kata Asisten Menteri Pertahanan untuk Urusan Keamanan Indo-Pasifik Ely Ratner kepada anggota parlemen AS pada Kamis (9/2).

"Kami terus mencoba menjalin kontak," tambahnya. "Sayangnya, sampai saat ini, PLA [Tentara Pembebasan Rakyat China] tidak menjawab ajakan itu."

Kekhawatiran di Pentagon berkembang selama berbulan-bulan, mulai dari menteri pertahanan beserta jajarannya, di mana para pejabat semakin siap untuk membahas keengganan rekan-rekan mereka dari China yang terjadi berulang kali untuk memastikan jalur komunikasi tetap dipertahankan dan dapat digunakan jika sampai terjadi krisis suatu hari nanti.

Baru bulan lalu, sumber-sumber diplomatik AS mengatakan China menolak pembicaraan untuk membahas bagaimana meredam sebuah konflik menyusul pertemuan udara secara tidak aman yang melibatkan pesawat China dan AS di atas Laut China Selatan satu bulan sebelumnya.

BACA JUGA: Pendapat Warga AS atas Insiden Balon China yang Masuki Wilayah Udara Amerika

Dan pertemuan antara Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Pertahanan China Wei Fenghe yang berlangsung di sela pertemuan para menteri pertahanan Asia Tenggara di Kamboja pada November lalu, gagal untuk mengajak militer China menjalin jalinan komunikasi dalam situasi darurat.

"Dalam beberapa bulan terakhir, tentara China melihat bahwa hubungan antar militer kedua negara sebagai sesuatu yang bisa dimatikan dan dinyalakan kembali untuk mengungkapkan kekecewaan mereka mengenai situasi lain yang sedang terjadi," ucap Ratner kepada Komite Hubungan Internasional Senat AS. [ps/jm/rs]