Kecerdasan Buatan Bantu Latih Ahli Bedah Saraf di Inggris

Dokter Spesialis Bedah Saraf Hani Marcus mendampingi Menteri Sains, Inovasi dan Teknologi Michelle Donelan MP saat meninjau University College London (UCL), Agustus 2023.(Twitter/@michelledonelan)

Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan membantu melatih ahli bedah otak untuk melakukan operasi penting dengan lebih efektif dan aman, menurut Rumah Sakit Nasional untuk Neurologi dan Bedah Saraf (NHNN) Inggris.

Di University College London (UCL), Danyal Khan, seorang calon dokter spesialis bedah syaraf yang sedang dalam pelatihan, berpartisipasi dalam sebuah operasi bohong-bohongan. Operasi ini disebut bohong-bohongan karena yang dibedah adalah otak dalam bentuk gambar video secara real-time, bukan otak yang sesungguhnya.

Sistem kecerdasan buatan yang sedang dikembangkan di UCL ini menyoroti struktur sensitif atau kritis di otak. Dokter spesialis bedah saraf Hani Marcus percaya bahwa hal ini berpotensi membuat operasi otak lebih aman dan efektif.

“Jadi saya sangat yakin bahwa dalam jangka menengah dan panjang, teknologi kecerdasan buatan akan membantu banyak ahli bedah melakukan banyak operasi dengan lebih baik daripada yang bisa mereka lakukan sekarang,” jelasnya.

Marcus mengatakan sistem kecerdasan buatan yang dikembangkannya menganalisis video lebih dari 200 operasi tumor kelenjar pituitari, sehingga bisa menyerap pengetahuan yang biasanya diperoleh dengan bekerja selama 10 tahun dalam waktu singkat.

Pengetahuan tersebut memungkinkan sistem itu tidak hanya dapat membantu menavigasi ke area otak yang benar, namun juga mengetahui apa yang seharusnya terjadi pada setiap tahap prosedur, sehingga menjadikannya alat bantu pelatihan yang berharga.

Your browser doesn’t support HTML5

Kecerdasan Buatan Bantu Latih Ahli Bedah Saraf di Inggris

“Jadi, apa yang sebenarnya kami coba lakukan adalah menerapkan teknologi kecerdasan buatan untuk mendukung ahli bedah dalam menjalankan operasi. Teknologi kecerdasan buatan ini sangat baik dalam mengenali berbagai hal, dan mampu mendukung ahli bedah yang mungkin kurang berpengalaman dalam memberi saran kepada mereka tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya," imbuhnya.

Khan, yang juga terlibat dalam pengembangan perangkat lunak yang kini membantunya belajar, mengatakan sistem kecerdasan buatan ini telah menjadi alat yang berharga dalam pelatihannya.

Sistem ini juga dapat memberinya panduan langkah demi langkah selama suatu prosedur bedah, mirip dengan menghadirkan seorang ahli bedah senior dalam ruang yang sama. “Saya kira, mungkin ada tahapan di mana saya bertanya-tanya, apakah saya sudah cukup melakukan bagian tertentu dari prosedur ini dan haruskah saya melanjutkannya? Memiliki alat bantu semacam itu memberi saya keyakinan lebih besar atas apa yang sedang saya lakukan,” jelasnya.

Menurut UCL, sistem tersebut dapat siap digunakan di ruang operasi dalam waktu dua tahun. [ab/uh]