Kehadiran Rusa Semakin Tak Dikehendaki di Washington DC

Rusa merumput di dekat tempat parkir di Rock Creek Park di Washington, DC, 26 Juli 2013. (AFP/Mandel NGAN)

Di Washington DC, populasi rusa kian mengancam masa depan Rock Creek Park, taman yang membentang di lahan seluas 710 hektare yang kerap menawarkan pelarian yang nyaman bagi penduduknya dari kehidupan sehari-hari ibu kota. Rusa pun kini diburu untuk memangkas populasinya. 

Bagi sebagian orang, kehadiran rusa ibarat pemandangan ajaib yang dapat dilihat di sebuah kota di Amerika Serikat. Bagi sebagian lainnya, rusa tidak lebih dari hama pemakan tanaman, atau hewan yang membahayakan lalu lintas dan membantu menyebarkan penyakit yang ditularkan melalui kutu.

Setelah hampir musnah akibat deforestasi yang merajalela dan perburuan berlebihan pada abad ke-19, populasi rusa meningkat secara signifikan di seluruh Amerika Serikat. Diperkirakan jumlahnya lebih dari 30 juta, sebagian besar berada di sepanjang wilayah Pantai Timur, termasuk di Washington DC.

Rock Creek Park, yang menjadi kebanggaan warga Washington DC, mencerminkan populasi rusa yang membahayakan lingkungan. Paling tidak, itu menurut Megan Nortrup dari dinas taman nasional AS, atau National Park Service (NPS).

Ana Chuquin (kanan), ahli botani dari National Park Service dan Megan Nortrup, Information Sharing Specialist untuk National Park Service berdiri di area regenerasi tanaman di Rock Creek Park, Washington, DC, 17 Agustus 2023. (OLIVIER DOULIERY / AFP)

“Populasi rusa mencapai 100 ekor per mil persegi pada puncaknya. Dan penelitian telah menunjukkan bahwa populasi rusa yang sehat, dalam hal hutan, seharusnya sekitar 20 rusa per mil persegi. Jadi sejak tahun 2013, Dinas Taman Nasional berusaha menyeimbangkannya, agar hutan dapat tumbuh kembali."

Menyeimbangkannya di sini berarti mengurangi populasinya dengan cara diburu. Jika tidak, hutan seperti Rock Creek Park akan musnah dalam waktu 100 tahun lagi.

Ahli botani Ana Chuquin dari NPS tidak menginginkan itu terjadi. Ia dan timnya sengaja membuat petakan lahan kecil yang dipagari untuk mencegah masuknya rusa. Di petakan tersebut kini tumbuh bibit-bibit tanaman, termasuk pohon setinggi 1,8 meter yang bertahan hidup hingga setinggi itu hanya karena rusa tidak bisa menjangkaunya.

“Secara keseluruhan, Anda tidak melihat satu pun pohon muda setinggi ini di taman ini. Jadi ini berarti kita kehilangan satu generasi pohon,” jelasnya.

Seekor rusa berekor putih terlihat memakan dedaunan di depan sebuah rumah di Bethesda, Maryland pada 27 Mei 2020. (Daniel SLIM/AFP)

Chuquin mengatakan, rusa berevolusi seiring tanaman asli di wilayah tersebut, karena itu hewan itu lebih memilih memakannya dibandingkan tanaman non-pribumi seperti linden viburnum, tanaman favorit di taman itu yang bijinya dibawa ke taman oleh angin, air, dan burung.

Ini berita buruk, karena spesies serangga lokal bergantung pada tanaman asli. Hilangnya spesies serangga lokal akan membahayakan ekosistem yang lebih luas.

Your browser doesn’t support HTML5

Kehadiran Rusa Semakin Tak Dikehendaki di Washington

Taylor Chamberlin, agen real estate dari Great Falls, Virginia, tak ingin tinggal diam. Ia pun rajin berburu rusa dan menyerahkan daging dari hewan hasil buruannya ke dinas-dinas bantuan makanan di kawasan Washington DC dan sekitarnya.

“Rusa-rusa tersebut jumlahnya sangat banyak sehingga mereka benar-benar merajalela. Saya berharap populasinya turun sehingga tidak ada lagi perburuan hewan itu sepanjang tahun. Masalahnya adalah ketika populasi rusa sudah terlalu banyak seperti sekarang, kerusakan yang mereka timbulkan terhadap ekosistem sangat besar. Cara mereka berinteraksi dengan manusia juga sangatlah berbahaya." [ab/lt]