Melihat masih kurangnya jumlah dana pendidikan yang dimiliki oleh institusi perguruan tinggi di Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemenristekdikbud) meluncurkan program Dana Abadi Perguruan Tinggi untuk mendongkrak besaran anggaran yang didapat oleh perguruan tinggi di Tanah Air.
Program tersebut diharapkan dapat meningkatkan fasilitas pengajaran maupun penelitian yang dapat disediakan oleh para perguruan tinggi. Mendikbudristek Nadiem Makarim mengatakan pihaknya akan mendorong para universitas untuk dapat mengelola dana yang diberikan melalui program tersebut secara mandiri.
“Kita ingin mendorong para PTN-BH untuk memiliki dana abadi secara mandiri dan belajar caranya mengelola dana abadi, seperti di seluruh universitas world class di dunia. (Perguruan tinggi juga didorong) untuk meningkatkan pendapatan di luar bantuan pemerintah, kontribusi alumni, kontribusi swasta dari korporasi dan lain-lain,” kata Nadiem.
Dalam pemaparannya, Nadiem menjelaskan bahwa rata-rata perguruan tinggi di Indonesia hanya membelanjakan dana sebesar $2,000 untuk satu mahasiswa per tahun. Jumlah tersebut sangat kecil dibandingkan dengan Singapura yang membelanjakan dana sebesar $15,000 dan Amerika Serikat yang pengeluarannya mencapai $23,000.
Mendorong Kreativitas Mencari Dana
Dana Abadi Perguruan Tinggi disediakan dari pendapatan bunga dari dana abadi yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sebesar Rp7 triliun. Untuk tahun 2021 dan 2022, pendapatan bunga yang dihasilkan mencapai Rp455 miliar. Pada 2023 dan 2025, masing masing pendapatan bunga tersebut diperkirakan akan mencapai Rp350 miliar dan Rp500 miliar.
Dana dari hasil pendapatan bunga LPDP itulah yang dibagikan kepada perguruan tinggi penerima. Untuk tahun ini, setiap perguruan tinggi akan menerima bantuan sebesar Rp6 miliar.
Nadiem berharap dana tersebut dapat memicu pengelola perguruan tinggi untuk mencari sumber dana alternatif lain. Sumber dana itu dapat datang dari berbagai sumber seperti misalnya sumbangan alumni, sumbangan lembaga filantropi maupun kerja sama dengan dunia usaha. Keberhasilan yang telah dicapai oleh universitas kelas dunia lainnya diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi perguruan tinggi dalam negeri.
“Tahun 2022, target donasi Massachusetts Institute of Technology mencapai $80 juta, dan mereka selalu berhasil mencapai target itu. Sementara Nanyang Technological University, Singapura itu $40 juta, dan Harvard Business School dengan $162 juta,” papar Nadiem.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa perguruan tinggi seperti MIT dan Harvard mampu mendorong puluhan ribu alumninya untuk menyumbang, di mana dana yang berhasil dikumpulkan itu rata-rata digunakan untuk beasiswa, riset, peningkatan sumber daya manusia, dan pengembangan dana abadi.
BACA JUGA: Tim Mahasiswa Indonesia Raih Juara Ketiga Kompetisi Desain Antariksa di Virginia Tech“Kita ingin setiap rektor dan jajaran pimpinan perguruan tinggi memikirkan, bagaimana cara menggalang dana donasi alumni, bagaimana caranya mendapatkan anggaran dari pemain-pemain filantropi, bagaimana caranya mengusung kerjasama internasional dan berbagai macam kegiatan komersial lainnya yang bisa dilakukan perguruan tinggi kita,” tegasnya.
Janji Politik Jokowi
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam kesempatan sama menyebutkan bahwa sesuai mandat undang-undang, Indonesia harus mengalokasikan 20 persen anggarannya untuk sektor pendidikan. Ia menambahkan bahwa pemerintah memiliki banyak pilihan kebijakan dalam strateginya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, dan pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
“Idenya, yang saya dukung adalah, bagaimana perguruan tinggi, yang saya lihat juga dari berbagai interaksi yang saya peroleh, kemandirian dari sisi finansial itu menjadi sangat penting. Dan itu selalu dijadikan salah satu indikator penting, untuk bisa meningkatkan kualitas perguruan tinggi itu, apalagi kalau kita bicara tentang menjadi World Class University,” kata Sri.
Di depan para rektor yang hadir dalam acara Merdeka Belajar episode 21 ini, Sri Mulyani mengakui bahwa Dana Abadi Perguruan Tinggi adalah janji politik Presiden Jokowi, ketika mencalonkan kembali pada periode kedua. Di tengah persiapan kampanye itu, Jokowi menanyakan apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kualitas perguruan tinggi Indonesia. Sri yang diajak berdiskusi tak lupa memberi masukan tentang pentingnya sumber pendanaan abadi tersebut.
Sambutan Baik Perguruan Tinggi
Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof Ova Emilia menyambut baik prakarsa pemerintah melalui program tersebut. Ia mengatakan bahwa selama tujuh tahun berturut-turut, peringkat UGM di daftar peringkat universitas dunia selalu meningkat. Menurut Ova, pencapaian ini merupakan buah upaya serta kerja keras stakeholder kampus yang dipimpinnya.
“Tentunya, bantuan dana abadi perguruan tinggi ini akan sangat membantu upaya peningkatan tersebut, dan pada akhirnya juga turut mempercepat peningkatan reputasi UGM,” ujarnya.
Rektor Universitas Indonesia, Prof Ari Kuncoro juga mengakui, dana abadi perguruan tinggi memberi mereka kesempatan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitasnya bersaing secara global.
“UI terus berkomitmen untuk meningkatkan reputasi akademik dan riset secara global melalui peningkatan kapasitas dosen, infrastruktur, riset dan akademik, pembelajaran daring bertaraf internasional, dan kualitas publikasi,” ujar Ari.
Sementara itu, rektor Universitas Airlangga, Surabaya, Prof Mohammad Nasih berharap bahwa dana tersebut dapat membantu kampusnya naik ke kelompok universitas berkelas internasional.
“Saya percaya dan yakin, tambahan pendanaan yang diberikan itu merupakan stimulus yang akan mendorong kami untuk bisa lebih semangat lagi dan lebih mempunyai komitmen yang tinggi untuk menjadi bagian dari world class university,” tandasnya. [ns/rs]