Kekerasan Mematikan Meletus di Perbatasan Sudan yang Disengketakan

Sejumlah warga lokal berkumpul di kamp pasukan penjaga perdamaian PBB di Dokura, Abyei, menyusul serangan yang terjadi di wilayah tersebut pada 28 Januarii 2024. (Foto: Potongan gambar dari video yang didapatkan Reuters)

Puluhan orang termasuk perempuan, anak-anak dan dua anggota pasuka penjaga perdamaian PBB tewas dalam serangan di perbatasan Sudan Selatan dengan Sudan.

Para pejabat menyebutnya sebagai insiden paling mematikan dalam rangkaian insiden terkait sengketa perbatasan sejak tahun 2021.

Sejumlah pemuda bersenjata dari negara bagian Warrap di Sudan Selatan melakukan serangan ke wilayah tetangganya, Abyei, pada Sabtu (27/1). Bulis Koch, menteri informasi Abyei, menyampaikan informasi terkait insiden tersebut pada Senin (29/1).

Abyei adalah wilayah kaya minyak yang dikelola bersama oleh Sudan Selatan dan Sudan, di mana kedua negara mengklaim wilayah tersebut.

Lebih dari 60 orang terluka, kata Koch kepada kantor berita Reuters. Dia mengatakan, pemerintah memberlakukan jam malam untuk mengatasi ketakutan warga.

Koch menambahkan bahwa ratusan warga sipil yang mengungsi mencari perlindungan di pangkalan pasukan PBB.

BACA JUGA: Presiden Chad Kunjungi Moskow Lakukan Pembicaraan dengan Putin 

Seorang anggota pasukan penjaga perdamaian PBB asal Ghana dan seorang lagi dari Pakistan tewas dalam beberapa hari terakhir, demikian diumumkan Pasukan Keamanan Sementara PBB untuk Abyei (UNISFA).

Menteri informasi negara bagian Warrap mengatakan, pemerintahannya akan melakukan penyelidikan bersama dengan pemerintahan Abyei.

Bentrokan berulang kali terjadi di Abyei antara faksi-faksi yang bermusuhan dari kelompok etnis Dinka, terkait dengan perselisihan mengenai lokasi batas administratif, di mana pemasukan pajak dalam jumlah cukup besar dikumpulkan dari perdagangan lintas batas.

Perang saudara di Sudan Selatan meletus beberapa saat setelah negara tersebut memperoleh kemerdekaan dari Sudan. Peperangan ini sebagian besar terjadi berdasarkan garis etnis, antara Dinka dan Nuer, dan menyebabkan ratusan ribu kematian antara tahun 2013 dan 2018.

Sejak itu, bentrokan rutin terjadi antara kelompok bersenjata dan terus menimbulkan korban tewas dan membuat sejumlah besar warga sipil terpaksa mengungsi. [ns/ka]