Kekerasan Nodai Gencatan Senjata Suriah

Osama Abu Zeid dari kelompok oposisi moderat Tentara Pembebasan Suriah, menunjukkan salinan surat perjanjian gencatan senjata untuk Suriah, dalam konferensi pers di Ankara, Turki (29/12). (AP/Burhan Ozbilici)

Pasukan pemberontak dilaporkan melanggar gencatan senjata itu dengan mengambil-alih wilayah di provinsi Hama.

Berbagai laporan dari Suriah menyebutkan bentrokan pecah kurang dari dua jam setelah dimulainya gencatan senjata nasional yang dimulai tengah malam Jumat (30/12), waktu setempat.

Kesepakatan itu berlaku bagi pemerintah Suriah dan beberapa kelompok pemberontak, tetapi tidak termasuk kelompok Islamis tertentu. Kesepakatan itu menyusul dihentikannya pertempuran sebelumnya.

Organisasi hak asasi manusia Syrian Observatory for Human Right, yang berbasis di Inggris, hari Jumat mengatakan pemberontak melanggar gencatan senjata itu dengan mengambil-alih wilayah di provinsi Hama.

Tetapi Mohammed Rasheed, juru bicara kelompok pemberontak Jaish al-Nasr, kepada kantor berita Reuters mengatakan, pasukan pemerintah melanggar kesepakatan dengan menembaki daerah di provinsi Idlib, yang berbatasan dengan Hama.

Rusia, yang mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad, dan Turki, yang mendukung kelompok pemberontak, menyatakan akan menjamin gencatan senjata, yang disepakati setelah Turki, Suriah dan Rusia pekan lalu mengatakan siap menjadi penengah kesepakatan perdamaian dalam perang yang sudah berlangsung enam tahun itu.

Gencatan senjata itu diharapkan bulan depan disusul pembicaraan perdamaian baru di ibukota Kazakhstan, Astana. [ka]