Jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research menunjukkan ketika jumlah kasus pandemi virus corona, rawat inap dan jumlah kematian terus menurun, lebih sedikit orang pada saat ini – dibanding pada Januari lalu – yang mengatakan mereka khawatir akan terinfeksi setelah timbul dan tenggelamnya varian virus yang sangat menular.
Hanya sekitar 24 persen responden yang saat ini mengatakan “sangat luar biasa” atau “sangat” khawatir tentang potensi bahwa diri mereka atau keluarga akan tertular COVID-19. Jumlah ini turun dari 36 persen pada bulan Desember 2021 dan Januari 2022 ketika varian omicron memicu lonjakan besar kasus virus corona dan membebani sistem kesehatan masyarakat. Sekitar 34 persen lainnya mengatakan masih “sedikit” khawatir dengan situasi pandemi yang terjadi.
Lebih dari 140.000 kematian terkait COVID-19 tercatat di Amerika Serikat sejak varian omicron merebak pada pertengahan Desember lalu.
BACA JUGA: New York akan Cabut Mandat Masker di Sekolah Mulai 2 MaretDi Lincoln, Nebraska, operator truk Erica Martinez mengatakan ia sempat lengah pada musim panas lalu, ketika varian delta yang mematikan meluas. Ia kemudian “berhenti melakukan aktivitas sosial” ketika kasus melonjak akibat varian delta dan omicron yang datang berturut-turut.
Saat ini dengan turunnya jumlah kasus virus corona, Erica mengatakan beberapa bulan terakhir ini ia lebih nyaman bersosialiasi.
“Saya merasa negara ini berusaha keras untuk pulih dari cengkeraman COVID-19 dua tahun terakhir ini,” ujar Martinez yang berusia 36 tahun.
“Saya pikir akan selalu ada varian baru yang muncul dari kiri dan kanan. Ironisnya ini akan menjadi norma baru bagi masyarakat,” tambahnya seiring terdapat sejumlah orang yang hanya melakukan sedikit tindakan pencegahan karena jumlah kasus yang mengalami pasang-surut.
Kasus COVID-19 Turun, Warga AS Mulai Bangkit
Menurut jajak pendapat AP-NORC pada Januari lalu, kebanyakan warga Amerika menilai virus corona akan bertahan sebagai penyakit ringan. Hanya 15 persen yang menilai COVID-19 akan benar-benar menghilang ketika pandemi berakhir.
Tanda-tanda bahwa bangsa ini sudah siap memulai kehidupan setelah gelombang terbesar COVID-19 ini, mulai tampak di mana-mana.
Kewajiban mengenakan masker di seluruh negara bagian mulai dicabut. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) pada Jumat (25/2) lalu bahkan tidak lagi merekomendasikan penggunaan masker di dalam ruangan bagi sebagian besar warga Amerika.
Sejumlah kota juga telah mulai mencabut persyaratan mengenakan masker untuk masuk bar, restoran dan tempat-tempat hiburan.
Perusahaan-perusahaan juga mulai menyambut para pekerja mereka di kantor masing-masing.
Negara bagian California mengatakan mengambil pendekatan “endemik” terhadap virus ini, dengan mengutamakan pada soal pencegahan dan pengendalian wabah secara cepat.
BACA JUGA: Pidato Kenegaraan Biden akan Soroti Ukraina, Ekonomi, dan Perpecahan PolitikEpidemiolog di John Hopkins Bloomberg School of Public Health Dr. David Dowdy mengatakan “saya kira cukup masuk akal dan tepat ketika orang-orang menjalani hidup sedikit lebih lama karena risiko penularan COVID-19 menurun, tetapi juga menyadari bahwa pada suatu waktu kita mungkin akan menghadapi gelombang lain.”
Kekhawatiran akan perebakan COVI-19 diantara kelompok warga yang telah divaksinasi dan tidak divaksinasi telah berkurang. Meskipun demikian dua dari tiga warga yang sudah divaksinasi tetap mengatakan mereka sedikit khawatir akan terinfeksi virus mematikan ini. Sementara di kalangan mereka yang tidak divaksinasi angkanya satu dari empat orang.
Masih 66.000 Kasus COVID-19 per Hari
Dukungan publik untuk kewajiban mengenakan masker juga telah turun, meskipun 50 persen warga Amerika mengatakan lebih setuju dengan kebijakan mengenakan masker di tempat umum, dibanding 28 persen responden yang mengatakan tidak setuju.
BACA JUGA: Ukraina Berjuang Atasi Polio dan COVID Sebelum Invasi RusiaDalam survei yang sama pada Agustus 2021, terdapat sebanyak 55 persen warga yang menyatakan dukungan terhadap kewajiban mengenakan masker di tempat umum. Dukungan ini lebih tinggi pada tahun 2020, di mana presentasenya menunjukkan sekitar tiga dari empat warga yang mendukung kewajiban tersebut.
Hingga laporan ini disampaikan, pihak berwenang Amerika masih melaporkan 66.000 kasus baru per hari.
Jajak pendapat AP-NORC terhadap 1.289 orang dewasa ini dilakukan antara 18-21 Februari dengan menarik sampel probabilitas dari AmeriSpeak Panel NORC yang dirancang untuk mewakili populasi Amerika. [em/jm]