Kekhawatiran Konflik Wilayah Dongkrak Belanja Militer di Asia Tengah

FILE - Sebuah pesawat tempur era Soviet dipasang di pintu masuk Tokmok, sebuah kota di Kirgistan, 7 Juli 2024.

Pengeluaran militer di negara-negara bekas republik Soviet di Asia Tengah melonjak. Ini sebuah fenomena yang oleh para pejabat pembangunan dikaitkan dengan konflik wilayah, seperti perang di Ukraina, meski para pakar meragukan naiknya belanja militer itu akan meningkatkan stabilitas.

Ketika Rusia merupakan pemasok senjata yang dominan ke negara-negara itu selama lebih dari 30 tahun, negara-negara lain termasuk Turki, China, dan AS, kini memasuki pasar tersebut.

Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, tahun lalu pengeluaran militer oleh Kazakhstan, Kyrgyzstan dan Tajikistan sebesar $1,8 miliar. Angka-angka dari Uzbekistan dan Turkmenistan, yang tidak mengungkapkan informasi mengenai anggaran belanja militer dalam produk domestik bruto (PDB) mereka, tidak dimasukkan dalam laporan tersebut.

Laporan media regional mengatakan, anggaran militer Kazakhstan tahun lalu adalah 0,5 persen dari perkiraan PDB negara itu sebesar $259,7 miliar. Militer Kyrgyzstan mencatat 1,5 persen dari perkiraan PDB sebesar $13,9 miliar, atau $208,5 juta, dan bagi Tajikistan, jumlah itu tercatat satu persen dari perkiraan PDB sebesar $12 miliar, atau $120 juta.

Kamchibek Tashiev, wakil ketua Kabinet Menteri Kyrgyzstan, yang mengoordinasikan pasukan keamanan Kyrgyzstan, mengatakan pada pertemuan pemerintah pada Juli 2023, bahwa sejak tahun 2021, Kyrgyzstan menghabiskan $1,3 miliar untuk memodernisasi militernya.

FILE - Seorang turis berpose di depan tank Soviet T-34 era Perang Dunia II di Aravan, provinsi Osh, 7 Juli 2024.

Ia mengatakan sebagian besar dana itu digunakan untuk membiayai persenjataan baru yang canggih. “Kami membeli Bayraktar, Aksungur, Akinci, kendaraan-kendaraan udara tempur tak berawak yang belum dibeli oleh banyak negara lain. Kami juga membeli peralatan yang meningkatkan sistem pertahanan udara kami, Mi-8, Mi-17, helikopter” katanya.

Hubungan yang tegang dengan negara tetangganya, Tajikistan, mendorong pemerintah Kyrgyzstan mulai memberi perhatian lebih kepada militer. Doktrin militer Kementerian Pertahanan Kyrgyzstan tahun 2023 menyebut, tingkat ancaman yang ditimbulkan oleh ketegangan perbatasan Kyrgyzstan-Tajik sangat besar. Ketegangan itu menyebabkan konflik bersenjata antar kedua negara pada April 2021 dan September 2022 yang mengakibatkan kematian warga sipil dan ribuan orang mengungsi.

Pada Mei 2022, Iran membuka pabrik drone di Tajikistan, yang mem-produksi drone pengintai dan tempur Ababil-2. Kemudian pada April lalu, pemerintah Tajikistan menandatangani perjanjian bernilai $1,5 juta dengan Turki mengenai suplai drone penyerang Bayraktar yang jumlahnya tidak diketahui.

Dalam wawancara pada Desember 2022, analis politik Parviz Mullojanov yang berpusat di Dushanbe mengatakan, dalam “perlombaan senjata yang sedang berlangsung” Tajikistan kemungkinan akan membeli senjata-senjata modern. [ps/ab]