Kekhawatiran Meningkat Soal Penggunaan Teknologi Kecerdasan Buatan Dalam Dunia Pendidikan

  • Associated Press

Anak-anak sekolah dasar di Seoul, Korea Selatan, sedang menonton siaran kompetisi baduk antara program kecerdasan buatan milik Google, AlphaGo dan pemain baduk professional Korea, Lee Sedol, 15 Maret 2016. (Foto: Ahn Young-joon/AP Photo)

Perdebatan tentang apakah siswa boleh menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) saat belajar di sekolah semakin intensif menjelang tahun ajaran baru. Di Inggris, para ahli mengatakan guru butuh bimbingan untuk memahami apa yang dianggap kecurangan terkait pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan. 

Sebuah survei di Inggris menemukan, banyak guru di negara itu merasa tidak nyaman dengan siswa mereka yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

Hasil survei yang dilakukan RM Technology terhadap 500 guru sekolah menengah di Inggris menunjukkan, 9 persen guru mengaku tidak dapat membedakan pekerjaan yang dilakukan oleh siswa dan pekerjaan yang dihasilkan oleh program kecerdasan buatan.

Hasil survei itu juga menunjukkan bahwa 41 persen guru mengatakan mereka menginginkan regulasi yang lebih baik terkait kecerdasan buatan, sementara lebih dari sepertiga dari mereka atau 69 persen menginginkan adanya intervensi pemerintah.

BACA JUGA: Pelajar AS: Meski Berguna, Penggunaan Konten ChatGPT Secara Moral Salah

Namun, banyak pelajar di Inggris mengaku tidak keberatan mengenai penggunaan teknologi kecerdasan buatan bila menyangkut pekerjaan rumah.

“Saya sering menggunakannya untuk PR (pekerjaan rumah), alat revisi. Jadi jika saya membutuhkan dukungan tambahan dan saya tidak ingin bertanya kepada guru, saya akan menggunakannya. Saya bisa menggunakan teknologi ini kapan pun saya membutuhkannya," kata Miya Croft, seorang pelajar.

Aplikasi ChatGPT tampak di sebuah layar ponsel di Brooklyn, New York, 5 Januari 2023. (Foto: Peter Morgan/AP Photo)

Temannya, Kyle Harris, setuju. Ia kerap memanfaatkan teknologi ini untuk mengerjakan PR yang terkait bahasa.

“Menurut saya, sebagian besar anak sekolah menggunakan teknologi kecerdasan buatan terutama untuk PR," kata Harris.

Mel Parker, konsultan RM Technology, adalah mantan guru matematika dan mantan kepala sekolah. Ia percaya teknologi baru ini dapat digunakan untuk meningkatkan pendidikan, tetapi ia juga percaya bahwa pemerintah terlalu jauh tertinggal dalam menetapkan pedoman baru bagaimana teknologi itu dapat digunakan.

BACA JUGA:

Kekhawatiran Meningkat Soal Penggunaan Teknologi Kecerdasan Buatan Dalam Dunia Pendidikan

Parker mengatakan baik guru maupun siswa harus memahami aturan saat menggunakan kecerdasan buatan.

“Bagaimana mereka bisa belajar dari teknologi kecerdasan buatan, bagaimana mereka bisa mendapatkan pemahaman konsep yang lebih baik? Apa sebenarnya yang disebut curang dan apa praktik yang baik?” kata Parker.

Menurut Parker, kekhawatiran mengenai teknologi kecerdasan buatan muncul karena banyak guru belum dilengkapi dengan pengetahuan yang memadai. Mereka, katanya, membutuhkan bantuan dan bimbingan untuk memahami apa kegiatan siswa yang tergolong curang dan apa yang tidak terkait pemanfaatan teknologi ini. [ab/uh]