Harga minyak anjlok, sementara sebagian besar saham global naik pada Senin (28/10) seiring meredanya kekhawatiran bahwa serangan Israel ke Iran tidak mengenai infrastruktur energi negara tersebut.
Israel tidak membidik fasilitas minyak dan nuklir dalam serangan udaranya ke target-target militer Iran pada Sabtu (26/10), yang meredakan kecemasan para investor mengenai sejauh mana pembalasan Israel terhadap serangan rudal Teheran pada 1 Oktober.
“Para investor bernapas lega karena serangan tersebut lebih terkendali daripada yang diperkirakan,” kata Ipek Ozkardeskaya, analis senior di Bank Swissquote.
Harga minyak mengalami fluktuasi tajam dalam beberapa minggu terakhir, dan investor khawatir serangan terhadap fasilitas-fasilitas minyak Iran tidak hanya akan menyingkirkan minyak mentah Iran dari pasar, tapi juga akan memicu konflik yang lebih luas, yang berimbas pada produsen minyak regional lainnya.
BACA JUGA: Hutan Indonesia Tanggung Akibat dari Meningkatnya Permintaan Energi Biomassa GlobalHarga minyak mentah kontrak berjangka acuan internasional, Brent North Sea, turun sekitar 5-6% pada Senin (28/10) dengan harga di kisaran $71 (sekitar Rp1,1 juta) per barel.
Kekhawatiran di pasar minyak saat ini telah bergeser kembali ke potensi kelebihan pasokan pada tahun 2025 dan perlambatan permintaan dari China, importir minyak terbesar di dunia, menurut para analis.
Saham-saham AS pada Senin dibuka menguat, didongkrak oleh harga minyak yang lebih murah, dan karena para investor menantikan data-data yang mencakup indikator ekonomi AS pada minggu ini, yang dapat menentukan arah pasar yang sudah berada di sekitar rekor tertingginya itu.
Pada Rabu (30/4) mendatang, estimasi pertama Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal ketiga akan dirilis, dan pada Kamis, pengukur inflasi pilihan Federal Reserve AS (The Fed) akan diumumkan. Pada Jumat, data pekerjaan bulanan AS juga akan terbit.
Semua laporan tersebut akan memberikan gambaran mengenai kebijakan suku bunga The Fed untuk sisa tahun ini.
“Pasar telah terbiasa dengan ekonomi AS yang kuat, dan data ekonomi yang lebih baik dari yang diharapkan. Untuk itu, kita akan melihat reaksi beragam terhadap data penggajian AS di akhir minggu ini” jika data tersebut tidak sebaik bulan-bulan sebelumnya, kata Kathleen Brooks, direktur riset di perusahaan pialang XTB.
BACA JUGA: Data Ekonomi China Lesu, Pasar Saham BergemingMinggu ini juga merupakan minggu yang penting terkait pendapatan perusahaan-perusahaan AS, karena lima dari tujuh perusahaan saham teknologi raksasa AS, alias “Magnificent Seven”, akan melaporkan hasil kuartal ketiga mereka, termasuk Alphabet (Google), Amazon, Apple, Meta (Facebook), dan Microsoft.
Namun, di London, perusahaan minyak dan gas raksasa BP dan Shell sama-sama terpukul oleh harga minyak mentah yang lebih rendah. Sementara itu, maskapai penerbangan easyJet dan pemilik British Airways, IAG, mencatat kenaikan karena prospek harga bahan bakar yang lebih rendah.
Di pasar mata uang, yen mencapai level terendahnya dalam tiga bulan terakhir—merosot lebih dari 1% terhadap dolar karena pemilu pada hari Minggu (27/10) membuat arah parlemen Jepang menjadi tidak jelas.
Namun, ini membuat pasar saham Tokyo ditutup naik 1,8% karena pelemahan yen mendorong saham-saham eksportir. [br/lt]