Bagi banyak orang di Amerika Serikat (AS), menonton kembang api setelah pesta barbekyu dengan keluarga dan teman adalah cara yang tepat untuk mengakhiri perayaan 4 Juli. Percikan kembang api berwarna merah, putih dan biru bisa memantik rasa patriotisme pada Hari Kemerdekaan Amerika.
Namun karena gangguan rantai pasokan, langit di beberapa kota akan gelap untuk tahun ketiga berturut-turut sejak pandemi COVID-19.
Ibu kota negara bagian Arizona, Phoenix, membatalkan tiga pertunjukkan kembang api tahun ini karena tidak mendapat cukup kembang api pada waktunya.
“Sayangnya, seperti banyak wilayah lain, Phoenix terimbas isu rantai pasokan yang berlarut-larut. Kontraktor kota tidak bisa memperoleh kembang api untuk acara itu," kata Departemen Pertamanan dan Rekreasi di kota itu.
Di Ottawa, Kansas, para pejabat kota memesan kembang api sejak Februari, tapi kiriman itu masih macet di sebuah kapal dari China. Akibatnya, masyarakat di sana baru bisa menikmati pertunjukkan kembang api dua bulan kemudian, pada Hari Buruh, bukan pada 4 Juli.
China memproduksi sebagian besar kembang api yang digunakan di AS. Menurut Asosiasi Piroteknik Nasional, China menyuplai sekitar 70% kembang api taraf internasional yang digunakan dalam pertunjukkan kembang api. Menurut Forbes, untuk produk-produk komersial, seperti kembang api kecil dan roket botol, persentasenya naik menjadi 94%.
Pada April dan Mei tahun ini, China memberlakukan penguncian wilayah (lockdown) terkait COVID-19 yang ketat di banyak kota, termasuk Shanghai, menyebabkan penundaan yang cukup parah dalam rantai pasokan global. [vm/ft]