Kelompok Anti-Pemerintah Libya Terus Kuasai Kota Demi Kota

  • Elizabeth Arrott
    Wita Sholhead

Pemberontak Libya menaiki truk yang memuat artileri anti-pesawat terbang dalam perjalanan mereka ke Ras Lanuf, di Libya timur.

Di wilayah timur Libya yang dikuasai oposisi, kelompok pemberontak mengklaim menguasai kota minyak Ras Lanuf, dan bertekad melanjutkan demonstrasi mereka di wilayah sepanjang pantai menuju ke kota Tripoli.

Para pejabat yang setia kepada pemimpin Libya Moammar Gaddafi menampik kenyataan bahwa Ras Lanuf dikuasai kelompok pemberontak. Tetapi, oposisi dan para saksi mata mengatakan pemberontak telah maju lebih jauh dari kota itu, lebih dari separuh jalan antara markas besar mereka di Benghazi dan kota Sirte, dan sekarang sedang mengincar kubu Gaddafi.

Mustafa Gheraini, organisator media di gedung pengadilan Benghazi, lambang pusat pemberontakan, mengatakan, “Mereka berhasil merebut Ras Lanuf dan terus maju. Pemerintah sekarang hanya menguasai Tripoli. Kekuasaan menjadi seperti lelucon. Apakah kekuasaan berarti, pemerintah berhasil memaksa orang tinggal di rumah dan memeriksa siapa saja di setiap sudut jalan dan meneror warga? Jika kekuasaan pemerintah yang dimaksud seperti itu, jawabannya adalah ya. Tetapi apakah warga di Tripoli mendukungnya? Jawabannya, tidak.”

Warga di halaman pengadilan Benghazi, Sabtu (5/3) menggotong peti jenazah salah seorang korban ledakan gudang peluru sehari sebelumnya.

Tetapi, kelompok yang setia kepada Gaddafi menunjukkan dukungan mereka di Lapangan Hijau di Tripoli sehari sebelumnya, yang nampaknya tidak semarak demonstrasi-demonstrasi sebelumnya, selagi kantong-kantong perlawanan di Tripoli terus bertambah.

Ada pertanyaan yang masih belum terjawab mengenai demonstrasi kelompok oposisi ke arah barat, yaitu: mengapa Gaddafi menahan diri, menahan seluruh kekuatan tempurnya yang masih tersisa? Kelompok-kelompok pemberontak kecil yang dibentuk dengan tergesa-gesa berhasil mengambil alih kota demi kota, selagi pasukan pemerintah mundur. Di mana-mana ada spekulasi bahwa pertempuran yang lebih hebat akan terjadi yang akan meredam kemenangan pemberontak.

Di Benghazi, Dewan Nasional yang beroposisi mengadakan pertemuan resmi pertamanya pada hari Sabtu. Selagi kelompok pengganti pemerintah itu berupaya mengokohkan kekuasaannya di timur, mereka diperkirakan akan mengulangi seruan untuk minta bantuan militer internasional untuk melawan Kolonel Gaddafi.

Gheraini mengatakan, "Sebagai warga Libya, kami bersatu bukan untuk mendorong campur tangan asing di negara kami. Namun, kami bisa menerima dibentuknya zona-tidak boleh terbang. Kami bisa menerima pemboman tepat dan strategis terhadap kubu Gaddafi. Gaddafi sudah banyak ditinggalkan orang-orang dalam kelompoknya dan saya rasa hal seperti itu akan mempercepat proses itu dan mengurangi pertumpahan darah yang mungkin terjadi.”

Di halaman pengadilan, orang-orang berkabung atas mereka yang tewas dalam ledakan di gudang peluru yang dikuasai pemberontak di pinggiran Benghazi pada hari Jumat.

Selagi peti jenazah digotong beramai-ramai dan disemayamkan di halaman gedung pengadilan, masa yang berkabung berteriak-teriak.

Penyebab ledakan belum diketahui. Gheraini mengatakan bukti-bukti memperlihatkan ledakan itu adalah sabotase oleh kelompok-kelompok pro-Gaddafi, tetapi tidak dikesampingkan pula kemungkinan insiden itu adalah kecelakaan.

Bagi orang-orang yang berkabung secara terbuka, penyebab ledakan tidak penting, karena mereka yang tewas adalah suhada yang, kata mereka, akan diberkati Tuhan