Sedikitnya 30 orang bersenjata membunuh seorang polisi Kosovo Albania dan kemudian menyerbu sebuah biara Ortodoks di Kosovo dekat perbatasannya dengan Serbia, memicu baku tembak yang menyebabkan tiga orang penyerang tewas.
Insiden tersebut meningkatkan ketegangan di antara kedua negara yang pernah menjadi musuh pada masa perang, tetapi saat ini berusaha menormalkan kembali hubungan mereka.
Perdana Menteri Albin Kurti mengatakan polisi telah mengepung Banjska, sebuah desa yang terletak 55 kilometer di utara Ibu Kota Kosovo di mana biara itu berada, dan baku tembak masih terus berlanjut. Ditambahkannya, serangan itu mendapat dukungan dari negara tetangga Serbia.
Keuskupan Kosovo dari Gereja Ortodoks Serbia mengatakan kebijakan kuncitara (lockdown), yang melarang orang keluar masuk sebuah lokasi di mana sedang terjadi insiden, diberlakukan di kuil biara di Banjska setelah sekelompok orang bersenjata menyerbu kuil itu. Sekelompok peziarah dari Serbia berada di dalam kuil di Kosovo bersama seorang kepala biara, Pendeta Danilo.
Presiden Serbia Aleksandar Vucic, pada hari Minggu (24/9) malam di Beograd, mengatakan bahwa orang-orang bersenjata itu adalah warga Serbia Kosovo setempat "yang tidak lagi ingin diteror Kurti."
BACA JUGA: Uni Eropa, AS Minta Kosovo Mundur dalam Kemelut dengan Serbia atau Hadapi 'Konsekuensi'Vucic mengutuk pembunuhan polisi Kosovo, dengan mengatakan bahwa hal itu "tidak dapat dibenarkan," namun tetap mengatakan bentrokan tersebut adalah akibat dari tekanan "brutal" terhadap warga Serbia Kosovo yang dilakukan oleh pemerintah Kosovo. Ia membantah Beograd terkait dengan serangan itu.
Ketika ditanya mengapa orang-orang bersenjata Serbia yang difoto mengenakan seragam tempur, Vucic mengatakan siapa pun bisa membeli seragam tersebut di toko-toko biasa dan seragam yang terlihat bukan milik militer atau kepolisian Serbia.
Serbia dan bekas provinsinya, Kosovo, telah berselisih selama beberapa dekade. Perang di antara kedua wilayah itu pada 1998 hingga 1999 menewaskan lebih dari 10.000 orang, sebagian besar warga Kosovo Albania. Kosovo secara sepihak mendeklarasikan kemerdekaan pada 2008, tetapi Beograd menolak untuk mengakui langkah tersebut.
Pertemuan yang difasilitasi oleh Uni Eropa di Brussel antara Kurti dan Vucic untuk menormalisasi hubungan keduanya pada awal bulan ini berakhir dengan kemarahan.
Amerika Serikat (AS) telah mendukung negosiasi dan posisi Uni Eropa dalam mencoba menyelesaikan sumber ketegangan yang sedang berlangsung di Balkan. [em/jm/my]