Organisasi Hengaw untuk Hak-hak Asasi Manusia (HAM) melaporkan pekan ini bahwa setidaknya 118 portir atau kuli angkut lintas-batas tewas atau cedera selama November. Sebanyak 93 persen dari angka kasus tersebut diakibatkan penembakan oleh militer Iran.
Dalam laporan yang dirilis pada Kamis (30/11), delapan portir tewas, salah satunya adalah anak-anak, dan 110 terluka. Dari 110 korban luka, 14 di antaranya adalah anak-anak.
Para portir, yang kerap disebut para kolbar, mengangkut barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan menggunakan keledai atau cara lain melintasi perbatasan pegunungan dari Irak ke Iran. Iran memandang sebagian barang-barang yang dikirim itu adalah barang-barang selundupan.
Analisis statistik dari bulan-bulan sebelumnya menunjukan lonjakan signifikan dalam jumlah korban. Angka November meroket 293 persen dibandingkan Oktober 2023 yang mencatat 30 kolbar yang tewas atau cedera.
BACA JUGA: Organisasi HAM: Iran Diam-Diam Eksekusi Mati Seorang Laki-Laki Terkait ProtesMayoritas kenaikan kasus terjadi di Provinsi Kurdistan, yaitu 93 kasus, diikuti oleh Provinsi Kermanshah dengan 22 kasus dan Provinsi Azerbaijan Barat dengan tiga insiden.
Laporan mengindikasikan peningkatan penembakan yang menarget para kolbar selama satu tahun terakhir. Tren itu dibuktikan dengan meningkatnya angka statistik korban.
Aktivis HAM membantah klaim pihak berwenang Iran dengan mengatakan sebagian besar kolbar tidak mengangkut barang terlarang.
"Tidak ada alasan khusus bagi mereka (militer Iran.red) untuk menembak. Misalnya, ayah saya tidak pernah mengangkut alkohol atau barang sejenis. Jadi, mereka tidak bisa menembaknya karena dia menyelundupkan barang seperti itu," kata seorang anak perempuan seorang kolbar yang dibunuh oleh militer Iran, kepada VOA.
BACA JUGA: Melanggar Aturan Hijab di Iran dan Bertengkar dengan Aparat, Seorang Remaja Alami 'Mati Otak'Leila Morovati, seorang analis politik dan kolaborator dengan kantor berita Mokrian pernah mengungkapkan kepada VOA bahwa dia percaya tidak ada niat untuk mengatasi perdagangan lintas-batas dan pihak-pihak yang terlibat.
Kolbari, istilah untuk praktik mengangkut barang-barang di sepanjang perbatasan dengan imbalan uang, "mencerminkan ketidaksetaraan politik, sosial, dan ekonomi terjadi di wilayah-wilayah Kurdi dan di seluruh negeri," papar Leila.
Dia menambahkan prevalensi kolbari di antara anak-anak, remaja, dan orang-orang muda, serta perempuan dan anak-anak di wilayah-wilayah Kurdi bisa dikaitkan dengan distribusi kesejahteraan dan kesempatan yang tidak merata, terutama setelah revolusi. [ft/ah]