Kelompok-kelompok minoritas seksual dan para aktivis HAM, Kamis (15/10), mengajukan petisi yang menuntut UU kesetaraan hak bagi LGBT di Jepang. Mereka berharap UU itu dapat diberlakukan tahun depan, sewaktu negara itu menyelenggarakan Olimpidade dan menjadi fokus perhatian internasional.
“Di negara ini, hak-hak LGBT tidak dijamin oleh undang-undang atau dalam kehidupan sosial,” kata Yuri Igarashi dari Aliansi Jepang bagi UU Perlindungan LGBT – salah satu dari sejumlah organisasi yang mengajukan petisi itu. “Kami menyerukan diloloskannya UU Kesetaraan bagi LGBT menjelang Olimpiade Tokyo, dan ini bisa menjadi warisan Olimpiade.”
Jepang secara perlahan menunjukkan dukungan mereka terhadap LGBT, namun umumnya masih dangkal. Tekanan keluarga dan lingkungan sosial membuat banyak gay, lesbian, biseksual dan transeksual menyembunyikan identitas seksual mereka.
Pernikahan sesama jenis tidak diakui secara hukum, sementara para transgender yang ingin berganti kelamin diharuskan membuang organ reproduksi mereka, persyaratan yang banyak dikecam sebagai tuntutan tidak manusiawi oleh banyak pakar medis dan kelompok-kelompok HAM internasional.
Baru-baru ini, seorang anggota dewan legislatif setempat di Tokyo, yang juga anggota partainya Perdana Menteri Yoshihide Suga memicu kemarahan publik karena mengaitkan orang-orang LGBT dengan menurunnya angka kelahiran di Jepang. Ia mengatakan konstituen di daerah pemilihannya akan punah bila kelompok-kelompok minoritas seksual dilindungi.
Jepang berada di posisi terendah dalam hal memperjuangkan kesetaraan hak bagi LGBT di antara negara-negara anggota Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), menurut Yumiko Murakami, kepala kantor perwakilan OECD di Tokyo.
Para perwakilan kelompok-kelompok yang mendukung petisi itu mengatakan mereka berencana menyerahkannya ke parlemen untuk segera dirundingkan dengan harapan UU perlindungan kesetaraan bagi LGBT akan mulai berlaku pada tahun depan. [ab/uh]