Sebuah kelompok Muslim Thailand yang berbicara langsung dengan Hamas mengatakan upaya mereka adalah kunci untuk memastikan bahwa sandera asal Thailand termasuk orang pertama yang dibebaskan di Gaza selama gencatan senjata sementara dengan pasukan Israel.
“Kami adalah satu-satunya pihak yang berbicara dengan Hamas sejak awal perang untuk meminta pembebasan warga Thailand,” kata Presiden Asosiasi Alumni Thailand-Iran, Lerpong Syed kepada Reuters, Senin (27/11)
Tiga lagi warga Thailand yang ditahan oleh militan Hamas dibebaskan dari Gaza pada hari Minggu, menambah jumlah warga negara Thailand yang dibebaskan menjadi 17 sejak gencatan senjata empat hari dimulai pada hari Jumat.
Lerpong adalah bagian dari kelompok Muslim Thailand yang dibentuk oleh ketua parlemen negara itu Wan Muhammad Noor Matha, yang melakukan perjalanan ke Teheran pada bulan Oktober dan berbicara langsung dengan perwakilan Hamas. Meskipun bukan perundingan resmi, perundingan paralel ini tidak dikecam oleh pemerintah Thailand.
“Jika Thailand hanya mengandalkan kementerian luar negeri atau meminta bantuan negara lain, kemungkinan dibebaskan dalam kelompok pertama akan sangat rendah,” kata Lerpong, seraya menambahkan bahwa negara-negara lain yang warga mereka disandera seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Prancis memiliki pengaruh yang lebih besar.
Kementerian Luar Negeri Thailand tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar mengenai klaim Lerpong, namun Menteri Luar Negeri Parnpree Bahiddha-Nukara secara terpisah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat atas pembebasan tersebut sejauh ini dalam sebuah postingan di platform media sosial X.
“Selamat kepada semuanya dan rasa terima kasih kami yang sebesar-besarnya atas semua upaya dalam menjamin pembebasan mereka. Kami terus menyerukan pembebasan warga Thailand lainnya yang masih disandera,” demikian isi postingan menteri luar negeri tersebut.
Lerpong mengatakan kelompok Thailand-Iran menyampaikan kepada Hamas dalam pertemuan tiga jam bulan lalu bahwa warga Thailand bukan pihak dalam konflik dan harus dibebaskan, setelah itu kelompok militan Palestina memberikan jaminan bahwa warga Thailand akan dibebaskan terlebih dahulu dan tanpa syarat setelah gencatan senjata berlaku.
Gencatan senjata sementara ini merupakan penghentian pertama pertempuran dalam tujuh minggu sejak Hamas membunuh 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang kembali ke Gaza.
Sebelum perang, sekitar 30.000 pekerja Thailand bekerja di sektor pertanian Israel, yang merupakan salah satu kelompok pekerja migran terbesar di negara tersebut.
“Tim kami mengambil keputusan yang tepat sejak awal dengan pergi ke Iran dan berbicara langsung dengan Hamas,” kata Areepen Uttarasin, seorang politisi berpengalaman yang menjadi anggota lain kelompok Thailand tersebut. [ab/uh]