Kelompok Pria Mencoba Pecahkan Tabu Budaya

Emma Joy (kiri), 16, dan saudara perempuannya Quinn, 12 tahun, mengemas produk-produk feminin untuk pengiriman di rumah mereka di South Orange, New Jersey 6 Maret 2016. (Foto: Reuters)

Emma Joy (kiri), 16, dan saudara perempuannya Quinn, 12 tahun, mengemas produk-produk feminin untuk pengiriman di rumah mereka di South Orange, New Jersey 6 Maret 2016. (Foto: Reuters)

Sekelompok pria dan anak laki-laki di Sudan Selatan, mencoba untuk memecahkan  tabu budaya  dan topik yang sering membuat gadis-gadis muda absen dari sekolah, yaitu menstruasi.

Kelompok Men4Women sedang membagikan pembalut wanita kepada anak-anak perempuan, dan mendorong anak laki-laki dan pria untuk terlibat dalam percakapan dan menganjurkan kebijakan yang mendorong produk kebersihan sanitasi lebih mudah didapat oleh anak perempuan.

Sunday Joseph dibesarkan dalam 12 bersaudara di keluarga miskin di ibu kota Sudan Selatan, Juba. Ketika dia mencapai usia remaja dan mendapat menstruasi, keluarganya tidak mampu membelikan pembalut wanita.

BACA JUGA: Perempuan Muslim Pimpin Demo Tolak UU Kewarganegaraan India

"Setiap kali saya datang bulan (menstruasi), saya menggunakan potongan kain atau kadang-kadang kertas toilet," kata Sunday Joseph.

Di sekolah, Sunday digoda, dan merasa sangat malu.

Dia putus sekolah, hamil, dan tidak pernah kembali lagi ke sekolah. Kini, dia bekerja membersihkan kantor untuk memenuhi kebutuhan hidup anaknya.

Emmanuel Gordon adalah Direktur Men4Women, sebuah kelompok aktivis laki-laki dan pria yang bekerja untuk mencegah nasib serupa dengan yang dialami oleh Sunday bagi anak perempuan lainnya dan menghilangkan stigma menstruasi dengan mengajarkan kesehatan dan kebersihan di sekolah.

“Anak laki-laki adalah yang sering mengejek anak-anak perempuan. Ketika mereka melihat noda darah pada gadis itu, mereka menertawakan anak-anak perempuan. Kami melibatkan mereka karena kami berusaha memberi tahu anak laki-laki bahwa itu adalah hal yang wajar," kata Emmanuel Gordon.

Seorang gadis muda membuka produk Mariam Seba di Ethiopia. (Foto: Istimewa/Joni Kabana dengan Masa Martabat)

Seorang gadis muda membuka produk Mariam Seba di Ethiopia. (Foto: Istimewa/Joni Kabana dengan Masa Martabat)

Di Sekolah Dasar Happy Angel, kelompok itu membagikan pembalut dan bahkan menunjukkan cara menggunakannya. Golden Kiden John adalah salah seorang anak perempuan di kelas itu.

“Awalnya, saya takut karena ada pertanyaan, dan saya tidak tahu bagaimana menjawabnya. Tetapi akhirnya, saya merasa nyaman, dan saya sangat berterima kasih," kata Golder Kiden John.

"Saya benar-benar terkesan, karena ini adalah pertama kalinya, saya pikir, di negara ini laki-laki berbicara tentang menstruasi," jelas Direktur jenderal kesetaraan gender Sudan Selatan, Esther Akumu.

BACA JUGA: Sakit Parah, Perempuan Peru Kampanyekan Hak untuk Akhiri Hidup

Kelompok Men4Women membantu anak-anak perempuan yang tidak bisa mendapat pembalut wanita, merasa tersingkir dan terputus dari komunitas. Tetapi kelompok ini juga mendidik anak-anak laki-laki Sudan Selatan.

Camiss Charles usia 19 tahun memimpin diskusi-diskusi di kelas.

“Sekarang saya merasa sangat bangga karena mengajarkan sebagian besar anak laki-laki supaya membesarkan hati anak-anak perempuan. Saya sangat senang," kata Charles.

Esther Akumu mengatakan, sudah waktunya untuk berbicara mengenai menstruasi di Sudan Selatan, dan upaya kelompok Men4Women merupakan langkah yang baik.

"Saya menganjurkan kelompok ini datang ke kementerian, kami melihat bagaimana mereka akan maju, dan nantinya mereka tidak akan mengalami hambatan ketika mereka ke sekolah," kata Akumu." [ps/ii]