Kerabat dari sebagian korban pesawat Malaysia Airlines yang hilang tahun 2014 tiba di Madagaskar Sabtu (3/12), untuk meminta bantuan pencarian puing-puing pesawat yang mungkin terombang-ambing di Samudera Hindia.
Puluhan sanak saudara korban tiba di Antananarivo, ibukota Madagaskar, menjelang pertemuan dengan pemuka masyarakat. Mereka juga akan melakukan perjalanan ke wilayah pesisir untuk berbicara dengan para penduduk mengenai pesawat yang hilang itu.
“Kami harap bisa meningkatkan pemahaman, mengajari mereka bagaimana mengenali puing-puing, mengumpulkan puing-puing, dan apa yang harus dilakukan apabila menemukannya,” kata Grace Nathan, seorang warga Malaysia yang ibunya merupakan salah seorang penumpang pesawat Malaysia Airlines nomor penerbangan 370.
Jet Boeing 777 yang mengangkut 239 orang itu diyakini jatuh di sebelah selatan Samudera Hindia setelah melenceng dari jalur penerbangan dari Malaysia ke Beijing pada 8 Maret, 2014.
Nathan dan lainnya berencana berbicara kepada para pemimpin gereja dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang bisa menyebarkan informasi itu di wilayah pedesaan yang “kurang tersentuh teknologi internet” dan mungkin belum pernah mendengar mengenai kasus pesawat yang hilang itu.
Para anggota keluarga yang tiba Madagaskar termasuk warga Malaysia dan China yang terbang dari Kuala Lumpur. Di bandar udara, mereka disambut oleh Blaine Gibson, seorang warga AS yang menemukan sebuah serpihan di Mozambik yang menurut para pejabat sebagai bagian dari sayap pesawat. Dia juga telah mengumpulkan beberapa serpihan potensial lain di Madagaskar.
Malaysia, Australia dan China hampir menghentikan pencarian di Samuadera Hindia yang sangat luas, tetapi para keluarga korban meyakini temuan puing-puing di Afrika oleh Gibson dan lainnya menjustifikasi seruan untuk terus melakukan pencarian. [vm]