Teman-teman dan keluarga dari hampir 200 orang yang ditangkap dalam aksi protes menentang pemerintah Peru, menunggu di luar pusat penahanan di Lima pada hari Minggu (22/1) untuk mencari kabar tentang orang-orang yang mereka cintai.
"Saya ingin tahu di mana saudara laki-laki saya," kata Domitila Quispe, salah satu dari sekian banyak orang yang berkerumun di luar markas besar Direktorat Kepolisian Nasional Antiterorisme (DIRCOTE).
Sehari sebelumnya, sebuah kendaraan polisi lapis baja menerobos gerbang besi Universitas San Marcos, tempat banyak pengunjuk rasa mendirikan kemah sementara.
Polisi menghalau kerumunan pengunjuk rasa dalam penggerebekan di kamp tersebut, menangkap dan membawa 193 tahanan.
BACA JUGA: PM Peru Berlakukan Jam Malam Setelah Jatuh Korban Terbanyak dalam Kerusuhan"Saya belum bisa tidur," kata Quispe, yang khawatir dengan nasib adiknya. "Dia mengirimi saya pesan melalui WhatsApp dan mengatakan bahwa dia ditangkap."
Quispe, 47, dan saudara laki-lakinya yang berusia 40 tahun, Silverio, datang ke Lima dari wilayah Andes, Huancavelica, untuk mengikuti aksi protes massa yang menuntut Presiden Dina Bolarte untuk mundur.
Dia telah berkuasa sejak awal Desember ketika pendahulunya, Pedro Castillo, digulingkan dari jabatannya dan ditangkap karena berusaha membubarkan Kongres dan memerintah dengan dekrit.
Protes-protes telah berlangsung sejak penggulingan Castillo, menyebabkan 46 orang tewas dan mendorong pemerintah untuk memberlakukan keadaan darurat di daerah-daerah yang dilanda kekerasan. [vm/rs]