PBB memperingati Hari Perempuan Internasional hari Jumat (6/3), dengan menyambut para pelopor politisi, feminis dan generasi aktivis berikutnya. Tetapi suasananya tidak seperti perayaan. Dua puluh lima tahun setelah deklarasi "Beijing Platform for Action", banyak yang memperingatkan bahwa sebagian kemajuan yang telah dicapai itu dalam bahaya.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengatakan pada pertemuan para diplomat, aktivis, perempuan dan anak-anak perempuan bahwa kemajuan dalam nilai-nilai kemanusiaan tersebut telah terhenti dan bahkan mengalami kemunduran.
“Beberapa negara telah menarik kembali undang-undang yang melindungi perempuan dari kekerasan; negara lain mengurangi kebebasan bagi warganya, dan yang lain lagi mengejar kebijakan ekonomi dan imigrasi yang secara tidak langsung mendiskriminasi perempuan.”
BACA JUGA: Ketidaksetaraan Gender Masih Tinggi di IndonesiaGuterres memperingatkan, perlawanan terhadap 'kesetaraan gender' sedang tumbuh di beberapa negara.
Dalam sebuah laporan yang dirilis menjelang Hari Perempuan Internasional hari Minggu, PBB mengatakan kaum pria masih mendominasi jabatan-jabatan politik, menghasilkan lebih banyak uang, dan memiliki pekerjaan dan pendidikan yang lebih baik daripada kaum perempuan.
Perempuan di banyak bagian dunia juga masih harus berjuang untuk mengatasi hambatan sosial, termasuk pernikahan dini, buta huruf, kekerasan dalam rumah tangga dan kurangnya akses terhadap keluarga berencana. [ps/pp]