Buah Jamblang atau Juwet (syzygium cumini) yang juga disebut Plum Jawa ini mengandung banyak nutrisi yang berkhasiat bagi tubuh seperti protein, vitamin C, B2 dan B3, serta beberapa mineral seperti fosfor dan zat besi. Buah ini juga tergolong dalam pangan fungsional karena kandungan antioksidannya yang bermanfaat menangkal radikal bebas dalam tubuh. Buah yang mulai langka ini diubah menjadi produk effervescent oleh seorang mahasiswa Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya, Linus Nara Pradhana, agar lebih mudah dikonsumi oleh masyarakat.
Rasa khas buah Jamblang yang asam dan sepet, tidak terlalu disukai masyarakat khususnya generasi muda masa kini, sehingga buah ini tidak banyak dikenal. Penelitian dan pengolahan buah Jamblang menjadi produk effervescent, menurut Linus, untuk kembali mengenalkan buah ini dalam bentuk yang mudah diterima dan bisa dikonsumsi, tanpa menghilangkan manfaat buah Jamblang bagi kesehatan.
BACA JUGA: Pakar: Minyak Kelapa Murni Bantu Kesembuhan Pasien COVID-19“Buah Juwet (Jamblang) itu ya seperti kita tahu agak langka sekarang, karena masyarakat banyak yang tidak mau untuk makan, salah satunya karena rasanya sulit diterima oleh sebagian besar orang, terutama anak muda, karena rasanya agak sepet, agak kecut. Jadi dari situ saya ingin memanfaatkan buah Jamblang atau buah Juwet ini, kita perbaiki rasanya, dan juga nanti dibentuk seperti serbuk sehingga nanti dia lebih praktis, jadi semua orang bisa lebih menikmati buahnya,” ujar Linus Nara Pradhana.
Koordinator Program Kekhususan Bionutrisi dan Inovasi Pangan, Fakultas Teknobiologi, Universitas Surabaya, Johan Sukweenadhi, mengatakan buah Jamblang atau Juwet ini kaya akan manfaat salah satunya antioksidan. Senyawa antioksidan pada buah Jamblang, ujar Johan, didapatkan dari antosianin yang ada pada warna ungu buah ini. Antioksidan pada buah Jamblang dapat membantu menangkal radikal bebas dalam tubuh manusia, yang membantu memperbaiki kondisi tubuh menjadi lebih sehat khususnya di masa pandemi corona.
“Warnanya yang menarik, warna ungu ini adalah sumber dari antosianin, adalah senyawa di banyak tanaman yang sebagai sumber antioksidan, dipakai untuk mencegah radikal bebas. Tubuh manusia sangat rentan menimbulkan banyak sekali radikal bebas kalau ada stres yang berkepanjangan. Stres bisa terjadi karena banyak hal, karena ada penyakit, karena memang tubuh itu sedang lemah, sedang ada regenerasi dan lain sebagainya, sehingga makanan-makanan yang kaya antioksidan seperti ini dapat mencegah timbulnya radikal bebas,” kata Johan Sukweenadhi.
BACA JUGA: Obat-obatan Tradisional Laris Selama PandemiJohan mengapresiasi karya Linus, yang mengangkat potensi pangan lokal sebagai sumber nutrisi serta obat-obatan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Menurut Johan, eksplorasi bahan pangan lokal seperti Jamblang, Ciplukan, buah Naga, Terong, serta bahan pangan lainnya, nantinya diharapkan memicu penelitian dan inovasi lainnya yang dapat menaikkan nilai manfaat tanaman pangan lokal, serta meningkatkan perekonomian petani yang membudidayakan tanaman-tanaman ini.
“Golongannya Juwet ini, Jamblang ya, termasuk yang jarang dipakai, jarang dimanfaatkan, sehingga harapannya masyarakat lain, milenial mungkin itu dapat lebih mengetahui, bahwa ada buah-buah, ada sumber makanan seperti ini. Banyak yang mengira kalau antosianin mungkin dari anggur saja, harganya segitu mahal, atau mungkin anggur kita masih tergantung pada impor. Kalau kita bisa punya sumber pangan lokal, yang nutrisinya tidak kalah dengan kualitas impor, kenapa tidak. Dalam arti nanti akan berimbas juga ke mereka-mereka yang petani lokal, yang membudidayakan ini,” terang Johan.
Linus menambahkan, produksi minuman kesehatan berbahan dasar buah Jamblang ini akan menjadi capaian selanjutnya setelah hasil penelitian awal ini. Ia berharap, masyarakat Indonesia semakin mengenal buah dan tanaman lokal yang dapat memberikan manfaat bagi pemenuhan kebutuhan kesehatan maupun bahan pangan pengganti.
“Tentu ada rencana ke sana. Selain itu ada yang diimprovisasi juga masalah khasiatnya, karena masih tahap penelitan. Tahap ekstrasinya mungkin masih kurang sempurna, jadi banyak bahan yang hilang. Jadi, untuk saat ini masih belum bisa disebut minuman kesehatan, karena antioksidannya agak sedikit hilang. Tapi nanti kedepannya kita bisa fortifikasi lagi, jadi memang bisa benar-benar disebut sebagai minuman kesehatan,” pungkas Linus. [pr/em]