Amerika dan Jepang adalah dua negara utama yang sedang mengupayakan kesepakatan yang sedianya akan menciptakan zona perdagangan bebas Trans Pasifik, antara negara-negara penggerak 40 persen ekonomi dunia.
Kesepakatan itu, yang merupakan inisiatif perdagangan utama pemerintahan Presiden Barack Obama, telah diupayakan selama empat tahun dan sekarang tergantung pada Amerika dan Jepang untuk mencapai titik temu.
Pembicaraan selama enam hari antara para pejabat Jepang dan Amerika dimulai hari Senin di New York. Juru runding utama Jepang, Koji Tsuruoka, mengatakan kepada para wartawan ia berharap “kemajuan berarti” bisa dicapai minggu ini.
Perunding utama Amerika, Michael Froman, hari Selasa (27/1) mengatakan kepada komisi keuangan Senat Amerika bahwa “kemajuan bagus” telah tercapai.
Deborah Elms, direktur eksekutif Asia Trade Center, memperkirakan kedua pihak akan merampungkan semua minggu ini terkecuali peresmiannya. Ia mengatakan, “Tapi mereka bisa menyelesaikan hampir semuanya. Ketika para menteri akhirnya bertemu, yang dijadwalkan bulan Maret, mereka akan bisa meresmikan kesepakatan itu dan selesailah proses tersebut.”
Jepang berharap pengumuman kesepakatan itu bisa bersamaan dengan kunjungan Perdana Menteri Shinzo Abe ke Washington bulan Mei.
Elms mengatakan ke-10 negara lain dalam babak pertama perundingan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) itu terus memantau dengan cermat apa yang didapat Jepang dari Amerika.
Chris Nelson, pakar senior perdagangan Asia, mengatakan sudah tampak jelas kedua negara itu akan mencapai terobosan.
“Dibalik layar, kemajuan telah diperoleh dalam sektor pertanian antara Amerika dan Jepang. Ini tidak terlalu mengejutkan karena pihak-pihak seperti saya sudah diberitahu sejak berbulan-bulan lalu kesepakatan antara kedua negara itu sangat dekat,” katanya.
Nihon Keizai Shimbun, harian finansial terbesar di Tokyo, melaporkan bahwa Jepang akan setuju menambah kuota beras impor yang bebas cukai dan setuju mengimpor “puluhan ribu” ton lagi beras dari Amerika.
Di lain pihak, keuntungan bagi para petani Amerika semacam itu tampaknya membawa kerugian bagi produsen otomotif Amerika. Menurut surat kabar bisnis itu, Amerika akan mencabut tuntutan agar Jepang melonggarkan peraturannya terkait impor mobil. Saat ini, ada kuota impor 5.000 unit setiap tahun per jenis kendaraan dari Amerika.