Warga ibu kota Bangladesh, Dhaka, menyatakan bahwa harga aneka bahan pokok telah meningkat belakangan ini. Hal tersebut mau tak mau memengaruhi persiapan mereka menjelang bulan suci Ramadan. Pasar-pasar tampak mulai dipenuhi orang yang sibuk berbelanja sejak akhir pekan lalu.
Kenaikan harga tersebut mendorong pemerintah Bangladesh menawarkan berbagai komoditi dengan harga subsidi untuk warga berpenghasilan rendah, menurut media setempat, The Daily Star, mengutip Menteri Perdagangan Tipu Munshi.
Kerumunan orang sampai-sampai berebut, berlarian mengejar truk pemerintah yang membawa sembako dengan harga subsidi, sebagaimana terlihat di Dhaka hari Minggu yang lalu.
Panna, seorang warga setempat, turut berdesakan dalam antrean calon pembeli di belakang truk itu. Ia mengatakan, "Kami berjuang keras untuk membeli barang-barang dari truk ini. Kami meminta pemerintah agar mengendalikan harga di pasar-pasar lokal agar kami tidak perlu bergegas seperti ini di jalan-jalan. Menjelang Ramadan ini, kami sangat kesulitan dalam mendapatkan barang-barang dengan harga subsidi dari truk-truk di sini. Kami di sini karena harga bahan-bahan pokok di pasar sangat tinggi.”
Harga buah-buahan, yang sebagian besar diimpor dan permintaannya tinggi selama Ramadan karena banyak Muslim yang memasukkan buah dalam menu buka puasa mereka, membubung tinggi, kata para pedagang grosir.
Nawab Hossain adalah seorang pedagang kecil yang biasa datang ke pasar untuk membeli buah dari pasar grosir. Ia menjelaskan, "Untuk Ramadan, kami harus datang membeli buah-buahan dari pasar grosir ini. Selama Ramadan, permintaan akan buah sangat besar. Tetapi harga-harga mendadak melonjak tinggi. Harga buah yang biasanya kami beli 2.800 taka (hampir Rp460 ribu) per boks, sekarang ini mereka menjualnya dengan harga 3.800 taka (sekitar Rp631 ribu).”
Anaz Sharif, salah seorang penjaga toko di pasar grosir di Dhaka menjelaskan tentang kenaikan harga itu. Ia mengaitkan harga yang mahal dengan kenaikan harga minyak dunia.
Ia mengemukakan, "Karena Ramadan, ada permintaan akan buah-buahan yang sangat besar. Tetapi sekarang ini semakin sedikit yang diimpor dan permintaan sangat tinggi. Para pembeli juga bergegas menyerbu pasar sehingga biayanya juga tinggi. Semakin sedikit buah yang datang dari luar negeri dan saya pikir ini adalah akibat kenaikan harga minyak, dan Anda tahu juga ada perang antara Rusia dan Ukraina. Akibatnya, pengiriman tidak bisa datang tepat waktu. Padahal barang-barang ini kebanyakan diimpor dari negara-negara lain.”
Your browser doesn’t support HTML5
Sementara itu pedagang lainnya, Kajol Hossain, menjelaskan mengapa ia mau tak mau menaikkan harga barang-barang yang dijual di tokonya.
"Di negara-negara pengekspor, harga barang-barang itu tinggi, jadi harga di sini juga ikut tinggi. Harga bahan bakar naik, karena itu pula harga semua barang jadi lebih mahal lagi, dan harga kebutuhan sehari-hari ikut melonjak. Apa yang harus kami lakukan? Kami kan juga harus bertahan hidup dan mau tak mau harus menjualnya dengan harga tinggi. Kami tidak mungkin merugi,” tukasnya.
Meskipun harga berbagai kebutuhan pokok naik, warga mengaku pasrah karena tidak ingin persiapan Ramadan mereka terganggu. Salah seorang di antaranya adalah Abdul Kalam.
Ia menjelaskan, "Saya harus datang untuk membeli berbagai keperluan untuk Ramadan. Tetapi harga semua kebutuhan itu tinggi sekali, termasuk untuk minyak goreng, lentil dan bahan-bahan pokok lainnya.” [uh/ab]