Pemungutan suara berlangsung lancar hari Selasa (9/8) dalam pemilihan presiden yang tidak biasa di Kenya, di mana seorang pemimpin lama oposisi yang didukung presiden yang akan mengakhiri jabatannya menghadapi wakil presiden yang menganggap diri sebagai orang luar.
Pemilu ini dianggap berlangsung ketat. Pusat ekonomi di Afrika Timur ini mungkin akan menyelenggarakan pemilihan tahap kedua untuk pertama kalinya. Isu-isu ekonomi seperti korupsi yang luas dapat menjadi isu yang jauh lebih penting daripada ketegangan etnis yang telah menandai pemilihan-pemilihan pada masa lalu, yang kadang-kadang menyebabkan kematian.
Kenya menonjol dengan sistemnya yang relatif demokratis di kawasan di mana sejumlah pemimpin terkenal karena terus berkuasa selama puluhan tahun. Stabilitasnya penting bagi para investor asing, para pedagang kaki lima maupun negara-negara tetangganya yang bermasalah seperti Ethiopia dan Somalia.
Ratusan pemilih antre berjam-jam menjelang pembukaan TPS di beberapa lokasi. Pemberian suara dimulai terlambat di beberapa daerah karena materi atau petugas TPS yang terlambat datang.
Para kandidat utama adalah Raila Odinga, aktivis demokrasi yang mengincar jabatan presiden selama seperempat abad, dan wakil presiden William Ruto yang berusia 55 tahun, yang telah menekankan perjalanan hidupnya dari masa kanak-kanak yang sederhana untuk memikat jutaan orang Kenya yang menghadapi kesulitan hidup dan telah lama terbiasa dengan dinasti politik.
“Dalam momen seperti inilah mereka yang kuat dan berkuasa menyadari bahwa rakyat biasalah yang akhirnya menentukan pilihan,” kata Ruto kepada wartawan setelah menjadi salah seorang pemberi suara pertama. “Saya menantikan kemenangan kita,” lanjutnya. Ia mendesak rakyat Kenya agar bersikap damai dan menghormati pilihan orang lain.
“Saya yakin rakyat Kenya akan bersuara kuat untuk mendukung perubahan demokratis,” kata Odinga kepada wartawan dalam perjalanannya ke TPS.
Presiden Uhuru Kenyatta, putra presiden pertama Kenya, tidak mengikuti jalur etnis seperti biasanya dan membuat marah Ruto karena mendukung pesaing lamanya Odinga setelah pemilu tahun 2017. Tetapi Odinga maupun Ruto sama-sama memilih pasangan dari kelompok etnis terbesar di negara itu, Kikuyu.
Odinga yang berusia 77 tahun membuat sejarah dengan memilih pasangan Martha Karua, mantan menteri kehakiman dan perempuan pertama yang akan menjadi kandidat utama untuk jabatan wakil presiden. “Buatlah suara Anda didengar,” katanya setelah memberikan suara pada pagi hari.
Kenaikan harga makanan dan bahan bakar, besarnya utang pemerintah, banyaknya pengangguran dan korupsi membuat isu-isu ekonomi menjadi pokok bahasan dalam pemilu di mana pengeluaran kampanye yang tidak diatur menyoroti ketimpangan di negara itu.
Ruto dan Odinga telah menyatakan akan menerima hasil resmi, jika pemilu berlangsung bebas dan adil. “Ini adalah harapan setiap orang Kenya,” kata presiden kepada wartawan setelah memberikan suara.
Lebih dari 22 juta orang terdaftar untuk memilih. Hasil resmi harus diumumkan dalam sepekan. [uh/ab]