Pemerintah Kenya mengalami kesulitan untuk menentukan bagaimana menghadapi penyebaran hama jagung ganas yang menurunkan hasil panen secara drastis.
Pejabat Kenya kesulitan untuk menentukan bagaimana menghadapi penyebaran hama jagung yang ganas. Kecemasan meningkat selagi petani melaporkan kerugian 60 persen lebih dari hasil panen yang biasa mereka peroleh.
Bulan September lalu petani di Bornet di lembah Riff, Kenya selatan melaporkan penyakit itu merusak tanaman jagung mereka. Pada bulan Januari peneliti mendapati “penyakit mematikan yang menyerang tanaman jagung “ yang membuat tanaman jagung menjadi kuning dan layu itu, menyebar keluar Lembah Rift ke kawasan lain ke Kenya tengah dan timur.
Menurut Paul Omanga, Pejabat Hasil Pertanian Organisasi Pangan dan Pertanian/ FAO, survei yang dilakukan pada bulan Juli menunjukkan 64 hektar lebih lahan pertanian terkena dampaknya dan sampai 80 persen tanaman rusak.
“Jadi kalau penyakit ini tidak diatasi, akan sangat berdampak pada produksi jagung di negara itu,” ujar Omanga.
Kepala Peneliti Institut Riset Kenya, Muo Kasina, bekerja pada satuan tugas yang mengatasi masalah ini. Katanya, petani rugi karena anjloknya hasil panen.
“Penyakit itu sendiri benar-benar menghabisi tanaman. Petani kemungkinan mendapat kurang dari 40 hasil panen. Jadi sampai saat ini sangat membinasakan,” paparnya.
Para peneliti berusaha mengetahui apakah penyakit ini berasal dari biji jagung atau ditularkan oleh serangga, sebelum mereka bisa menentukan tindakan yang terbaik.
Sementara itu, Omanga mengatakan, mereka melatih petani mengenai pentingnya rotasi tanaman. Tetapi, ia mengatakan tindakan yang lebih ekstrem harus diambil jika mereka curiga akan adanya penyakit itu.
“Yang lainnya adalah memastikan bahwa di ladang yang terkena dampak, semua tanaman dimusnakan. Membakarnya atau dijadikan pakan ternak. Batang dan daunnya bisa dijadikan pakan ternak. Tetapi, kita tidak boleh membiarkan tanaman yang terkena penyakit tetap di ladang, karena virus itu akan tetap di ladang tersebut dan mempengaruhi tanaman lainnya,” ujarnya lagi.
Omanga mengatakan kestabilan pangan nasional merupakan keprihatinan mendalam.
“Ini menyebabkan keprihatinan, karena jagung adalah makanan pokok dan ancaman apapun terhadap produksi jagung menjadi ancaman pangan bagi Kenya,” tambahnya.
Laporan Badan Pembangunan Internasional Amerika/USAID menyenutkan, seperempat populasi Kenya yang berpendapatan terendah membelanjakan 28 persen dari pendapatannya pada jagung.
Bulan September lalu petani di Bornet di lembah Riff, Kenya selatan melaporkan penyakit itu merusak tanaman jagung mereka. Pada bulan Januari peneliti mendapati “penyakit mematikan yang menyerang tanaman jagung “ yang membuat tanaman jagung menjadi kuning dan layu itu, menyebar keluar Lembah Rift ke kawasan lain ke Kenya tengah dan timur.
Menurut Paul Omanga, Pejabat Hasil Pertanian Organisasi Pangan dan Pertanian/ FAO, survei yang dilakukan pada bulan Juli menunjukkan 64 hektar lebih lahan pertanian terkena dampaknya dan sampai 80 persen tanaman rusak.
“Jadi kalau penyakit ini tidak diatasi, akan sangat berdampak pada produksi jagung di negara itu,” ujar Omanga.
Kepala Peneliti Institut Riset Kenya, Muo Kasina, bekerja pada satuan tugas yang mengatasi masalah ini. Katanya, petani rugi karena anjloknya hasil panen.
“Penyakit itu sendiri benar-benar menghabisi tanaman. Petani kemungkinan mendapat kurang dari 40 hasil panen. Jadi sampai saat ini sangat membinasakan,” paparnya.
Para peneliti berusaha mengetahui apakah penyakit ini berasal dari biji jagung atau ditularkan oleh serangga, sebelum mereka bisa menentukan tindakan yang terbaik.
Sementara itu, Omanga mengatakan, mereka melatih petani mengenai pentingnya rotasi tanaman. Tetapi, ia mengatakan tindakan yang lebih ekstrem harus diambil jika mereka curiga akan adanya penyakit itu.
“Yang lainnya adalah memastikan bahwa di ladang yang terkena dampak, semua tanaman dimusnakan. Membakarnya atau dijadikan pakan ternak. Batang dan daunnya bisa dijadikan pakan ternak. Tetapi, kita tidak boleh membiarkan tanaman yang terkena penyakit tetap di ladang, karena virus itu akan tetap di ladang tersebut dan mempengaruhi tanaman lainnya,” ujarnya lagi.
Omanga mengatakan kestabilan pangan nasional merupakan keprihatinan mendalam.
“Ini menyebabkan keprihatinan, karena jagung adalah makanan pokok dan ancaman apapun terhadap produksi jagung menjadi ancaman pangan bagi Kenya,” tambahnya.
Laporan Badan Pembangunan Internasional Amerika/USAID menyenutkan, seperempat populasi Kenya yang berpendapatan terendah membelanjakan 28 persen dari pendapatannya pada jagung.