Kepala urusan Bantuan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Martin Griffiths, Jumat (3/11), mengatakan tragedi paralel yang terjadi di Israel dan Gaza selama 26 hari terakhir adalah "kerusakan hati nurani kolektif kita." Griffiths memohon jeda kemanusiaan untuk mengirimkan bantuan penting untuk orang-orang Palestina.
Griffiths mengatakan kepada negara-negara anggota bahwa negosiasi antara Israel, Mesir, Amerika Serikat (AS) dan PBB untuk mengirimkan bantuan ke Gaza harus berlanjut, tetapi perundingan saja tidak cukup.
"Kita harus menerapkan jeda," kata Griffiths.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat (3/11) mengatakan tidak akan memberlakukan jeda kemanusiaan hingga para sandera yang diculik Hamas – saat kelompok itu melakukan penyerangan pada 7 Oktober – dibebaskan.
"Kami melanjutkan dengan seluruh kekuatan kami, dan Israel menolak gencatan sementara yang tidak termasuk melepaskan sandera kami," kata Netanyahu setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang berupaya menegosiasikan tambahan bantuan ke Gaza.
Juru bicara untuk Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa penghentian pertempuran untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan dan pembebasan sandera dengan segera serta tanpa syarat seharusnya tidak dikaitkan dan tidak digunakan sebagai alat tawar-menawar.
Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour mengatakan prioritasnya adalah gencatan senjata dan memohon kepada para diplomat untuk tindakan internasional.
"Sekarang berubah dari 'gencatan senjata' menjadi 'jeda' yang artinya Israel terus membunuhi orang-orang Palestina, tetapi memberi kami beberapa jam sesekali untuk mendapat makan dan barang-barang lainnya. Namun terus bertempur," kata Mansour yang menghadiri pertemuan untuk membahas bantuan kemanusiaan.
BACA JUGA: Kecam AS dan Israel, Pidato Pemimpin Hizbullah Tak Nyatakan akan Terlibat Perang di GazaBantuan Kemanusiaan Sangat Penting
Kepala urusan Bantuan Kemanusiaan PBB Griffiths baru saja kembali dari kawasan itu di mana dia bertemu dengan para kerabat dari 240 sandera warga Palestina dan warga negara asing yang masih ditahan oleh Hamas. Dia mengatakan setiap hari penuh dengan kecemasan dan ketidakpastian bagi para keluarga itu.
"Ini isu kemanusiaan yang paling penting – menemukan orang-orang ini dan membawa mereka pulang," kata Griffiths sambil mengulangi seruan PBB untuk pembebasan sandera segera dan tanpa syarat.
Israel telah mengatakan akan menghancurkan Hamas menyusul serangan mengejutkan oleh kelompok itu terhadap kota-kota Israel dan permukiman pada 7 Oktober yang menewaskan 1.400 orang. Militer Israel telah melancarkan serangan hebat terhadap sejumlah bagian di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan memperluas operasinya pada pekan lalu.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza menyebut lebih dari 9.000 orang Palestina tewas akibat serangan itu. Kementerian itu mengatakan lebih dari 3.700 di antara korban tewas adalah anak-anak.
Israel juga telah memblokade wilayah itu. Hanya baru-baru saja Israel melonggarkan blokade agar lebih dari 300 truk yang membawa makanan, air dan obat-obatan dari Mesir dalam 13 hari terakhir bisa masuk untuk para penduduk yang berjumlah 2,2 juta jiwa di sana.
Badan PBB yang membantu warga Palestina, UNRWA (the United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East), masih bertahan di Gaza dan menempatkan sekitar 700 ribu pengungsi di 150 tempat perlindungan yang tersebar di sepanjang Jalur Gaza. Direktur UNRWA Gaza, Thomas White, sudah melawat ke segala penjuru wilayah yang terkepung selama beberapa pekan terakhir dan menggambarkan pemandangan yang memilukan.
"Ini gambaran kematian dan kehancuran," kata White kepada para diplomat. "Mari kita perjelas: Tidak ada tempat yang aman di Gaza saat ini."
Dia mengatakan itu termasuk tempat-tempat perlindungan dengan bendera PBB yang berkibar. Lebih dari 50 tempat perlindungan sudah hancur akibat serangan dan hujan roket sejak perang dimulai.
White mengatakan air dari selokan-selokan mulai meluap ke jalan-jalan hingga menimbulkan masalah kesehatan. Rumah sakit-rumah sakit dijejali oleh pasien-pasien di semua permukaan yang datar, termasuk lantai-lantai dan halaman rumah sakit menjadi tempat perlindungan para pengungsi. Sedangkan korban tewas digeletakkan di "pemulasaran jenazah di tempat terbuka" yang berjarak hanya beberapa meter. Pasokan makanan dan air kurang.
"Sekarang orang-orang tidak hanya mencari roti, tetapi juga mencari air," kata White.
Pekan depan, PBB berencana meminta bantuan senilai 1,2 miliar dolar AS atau sekitar 18,7 triliun rupiah untuk membantu Gaza dan Tepi Barat hingga akhir tahun ini.
Prancis mengumumkan pihaknya akan mengadakan konferensi internasional di Paris pada 9 November yang akan fokus pada modalitas untuk pengiriman bantuan dan sekaligus menjadi konferensi untuk menjanjikan bantuan. [ft/ah]