Kepala Dinas Intelijen Militer Israel Mundur Sehubungan dengan Serangan 7 Oktober

Sebuah bendera Israel berkibar di luar sebuah gedung di Kota Kiryat Shmona, Israel utara, dekat perbatasan Lebanon pada 11 Februari 2024. (Foto: AFP)

Militer Israel pada Senin (22/4) mengumumkan pengunduran diri kepala direktorat intelijennya sebagai tanggapan atas serangan Hamas 7 Oktober lalu terhadap Israel.

Mayjen Aharon Haliva secara terbuka telah menyatakan bertanggung jawab atas kegagalan intelijen yang menyebabkan serangan itu. Menurut militer Israel, militan Hamas dalam serangan itu membunuh 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang.

Militer melansir surat pengunduran diri Haliva pada hari Senin dan mengatakan ia akan mengundurkan diri dan pensiun begitu penggantinya ditunjuk.

Aharon Haliva, kepala intelijen militer Israel di Kota Gaza, Jalur Gaza. Haliva mengundurkan diri pada Senin 22 April 2024. (Foto: via AP)

“Direktorat intelijen di bawah komando saya tidak menjalankan tugas yang dipercayakan kepada kami. Saya membawa hari kelam itu selamanya, siang demi siang, malam demi malam. Saya akan membawa kepedihan itu selamanya,” kata Haliva dalam surat itu.

Haliva adalah pejabat tinggi pertama yang mengundurkan diri sehubungan dengan serangan itu.

Israel menanggapi dengan serangan di Jalur Gaza yang disebutnya ditujukan untuk melenyapkan Hamas dan memastikan kelompok militan itu tidak dapat lagi melancarkan serangan terhadap Israel.

Kampanye Israel telah membuat sebagian besar Gaza hancur dan memaksa 75% populasi Gaza meninggalkan rumah mereka, menurut PBB.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan tindakan militer Israel telah menewaskan lebih dari 34 ribu orang Palestina, dua per tiganya adalah perempuan dan anak-anak.

BACA JUGA: Kepala Intelijen Israel Melawat ke Kairo untuk Bicarakan Gaza

PM Israel Benjamin Netanyahu mengancam pada hari Minggu, menjelang hari raya Paskah Yahudi, untuk “mengirim pukulan tambahan dan menyakitkan” terhadap Hamas untuk memastikan pembebasan sandera yang ditawan di Gaza. “Dalam beberapa hari mendatang kami akan meningkatkan tekanan militer dan politik terhadap Hamas karena inilah satu-satunya cara untuk membebaskan orang-orang kami yang disandera,” kata Netanyahu tanpa memberi rincian.

Militer Israel mengatakan beberapa sandera yang diculik dalam serangan Hamas 7 Oktober lalu di Israel Selatan kini ditahan di kota Rafah, Gaza Selatan. Netanyahu telah berulang kali mengancam akan melancarkan serangan militer terhadap Rafah, dengan mengklaim anggota Hamas bersembunyi di sana. Ancaman itu muncul meskipun ada seruan untuk menahan diri dari masyarakat internasional, termasuk AS, sekutu utama Israel.

Keprihatinan internasional berfokus pada keselamatan warga sipil Palestina di Rafah, di mana lebih dari separuh populasi Gaza mengungsi setelah menghindari serangan militer Israel di bagian-bagian lain Gaza.

Sementara itu, tentara Israel pada Minggu membunuh tiga orang Palestina di Tepi Barat yang diduduki.

Militer Israel mengatakan ketiga orang Palestina itu menyerang tentara Israel di dua tempat berbeda. [uh/ns]