Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Michelle Bachelet, mengecam kondisi penahanan di mana para pengungsi dan migran ditahan di perbatasan selatan Amerika Serikat.
Melalui juru bicaranya, dia menggambarkan tempat penahanan itu “sangat mengerikan” dan “tidak manusiawi.” Namun, pemerintahan Trump menyatakan telah memperbaiki kondisi dengan meningkatkan ketersediaan petugas medis di pusat-pusat penahanan itu. Arash Arabasadi melaporkan.
Para migran yang ditempatkan di pusat-pusat penahanan, termasuk seperti yang di Texas, diperlakukan tidak manusiawi oleh pemerintahan Trump, kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (UNHCHR).
Juru bicara badan itu, Ravina Shamdasani, menjelaskan, “Komisaris Tinggi PBB untuk HAM benar-benar terkejut dengan kondisi penahanan migran anak-anak dan orang dewasa di Amerika Serikat, seperti yang diungkapkan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri sendiri."
Komentar itu merujuk pada laporan yang dipublikasikan dalam beberapa pekan terakhir oleh Kantor Inspektur Jenderal Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika (DHS).
Your browser doesn’t support HTML5
Ravina Shamdasani, juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, kembali mengatakan, “Gambar-gambar Departemen Keamanan Dalam Negeri itu mengungkapkan pusat penahanan di mana ada kepadatan yang parah dan ini adalah anak-anak yang pada awalnya dipisahkan dari keluarga mereka. Kelihatannya juga tidak ada akses yang memadai ke makanan dan perawatan kesehatan. Penahanan anak-anak, bahkan dalam kondisi terbaik sekalipun, telah terbukti berdampak serius pada kesehatan dan perkembangan mereka. Dalam kondisi seperti ini, ini adalah yang terburuk yang bisa terjadi.”
“Kami menangani lebih dari lima ratus ribu orang yang melintasi perbatasan selatan Amerika. Penyeberangan utama dilakukan oleh unit-unit keluarga, anak-anak tanpa pendamping, dan orang dewasa lajang,” kata Kevin McAleenan, penjabat Menteri Keamanan Dalam Negeri.
Ketika diwawancarai oleh jaringan televisi ABC untuk program “This Week” yang ditayangkan hari Minggu lalu, penjabat Menteri DHS itu membela tanggapan yang telah dilakukan oleh departemennya.
“Kami telah melakukan penambahan jumlah yang luar biasa. Sejak 30 Desember ketika kita terakhir membicarakan hal ini, kami memiliki 20 klinik medis di fasilitas kami, di seluruh fasilitas di perbatasan. Sekarang kami memiliki lebih dari 200. Kami telah membangun fasilitas sementara berdinding non-permanen yang jauh lebih layak, dengan langit-langit yang tinggi, dan ada lebih banyak ruang untuk anak-anak dan keluarga,” imbuhnya.
Walaupun menyebut manajemen perbatasan merupakan masalah kedaulatan, UNHCHR juga mengatakan Amerika Serikat harus mematuhi hukum internasional.
Juru bicara UNHCHR Ravini Shamdasani menambahkan, “Sayangnya, apa yang tampaknya kita lihat di Amerika adalah kebijakan yang didasarkan pada deteksi, penahanan, dan deportasi cepat para migran, tanpa banyak memperhatikan hak asasi mereka. Ini tampaknya diambil sebagai kebijakan pencegahan. Namun, ini sepenuhnya merupakan pelanggaran terhadap kewajiban negara mengenai hak asasi manusia."
BACA JUGA: Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Bantah Tuduhan Perlakuan Buruk Terhadap MigranSejak Januari, Amerika Serikat telah mengembalikan lebih dari 16.000 orang Amerika Tengah ke Meksiko untuk menunggu sidang pengadilan imigrasi di Amerika, menurut data yang dikumpulkan oleh pemerintah Meksiko.
Hari Minggu di New Jersey, Presiden Trump mengatakan bahwa sebagian orang yang berada di pusat-pusat penahanan berasal dari “kemiskinan yang luar biasa” dan bahwa mereka “sangat senang” dan “dalam kondisi yang jauh lebih baik sekarang” daripada di negara-negara yang mereka tingggalkan.
Trump menyebut pusat-pusat penahanan itu “yang terbaik” dan mengatakan dia ingin agar media berita melihat sendiri tempat-tempat itu. [lt/uh]