Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi, Senin (15/4), menyatakan Iran menutup sementara fasilitas nuklirnya atas "alasan keamanan.” Penutupan dilakukan setelah Teheran menyerang Israel dengan ratusan rudal dan pesawat nirawak atau drone pada akhir pekan lalu.
Grossi, berbicara kepada wartawan di tengah-tengah pertemuan Dewan Keamanan PBB. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah apakah dia merasa khawatir tentang kemungkinan serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran sebagai serangan balasan.
"Kami selalu khawatir dengan kemungkinan ini. Apa yang bisa saya sampaikan kepada Anda adalah bahwa para inspektur kami di Iran diberitahu oleh pemerintah Iran bahwa kemarin (Minggu), semua fasilitas nuklir yang kami periksa setiap hari akan tetap ditutup karena pertimbangan keamanan," katanya.
Fasilitas tersebut akan dibuka kembali pada Senin, kata Grossi, tetapi inspektur baru akan kembali keesokan harinya.
BACA JUGA: Iran Sebut Laporan IAEA Soal Program Nuklir Teheran untuk Alihkan Perhatian dari Perang di Gaza"Kami memutuskan untuk tidak mengizinkan para inspektur kembali sampai kami melihat situasi benar-benar kondusif," tambahnya, sambil menyerukan untuk melakukan "pengendalikan diri.”
Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel sepanjang malam Sabtu hingga Minggu sebagai balasan atas serangan udara terhadap gedung konsulat Iran di Damaskus yang menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi, termasuk dua jenderal.
Israel dan para sekutunya berhasil menembak jatuh sebagian besar senjata Iran tersebut, dan serangan itu hanya menyebabkan kerusakan kecil. Namun, kekhawatiran akan potensi pembalasan dari Israel membuat sejumlah pihak khawatir akan terjadinya perang regional yang luas.
Israel telah melakukan serangan terhadap situs-situs nuklir di wilayah Iran sebelumnya.
Pada 1981, mereka mengebom reaktor nuklir Osirak di Irak yang dipimpin oleh Saddam Hussein, meskipun Washington menentang tindakan itu. Dan pada 2018, Israel mengakui pihaknya melakukan serangan udara rahasia terhadap reaktor di Suriah yang dilakukan pada 11 tahun sebelumnya.
Teheran juga menuduh Israel membunuh dua fisikawan nuklir Iran pada 2010, dan menculik fisikawan lainnya pada 2009.
Pada 2010, terjadi serangan siber canggih dengan menggunakan virus Stuxnet. Teheran mengaitkan serangan itu dengan Israel dan Amerika Serikat (AS). Serangan tersebut menyebabkan kerusakan pada sejumlah mesin sentrifugal Iran yang digunakan untuk proses pengayaan uranium.
Israel menuduh Iran bermaksud untuk memperoleh senjata nuklir, tapi Teheran menepis klaim itu. [ah/rs]