Kepala IAEA Yakinkan Warga Jepang Pembuangan Air Limbah Fukushima Aman

  • Associated Press

Foto yang diambil dari udara menampilkan PLTN Fukushima Daiichi di Kota Okuma, prefektur Fukushima, Jepang, 24 Agustus 2023. (Photo: Kyodo/via REUTERS)

Kepala badan tenaga atom PBB pada Rabu (13/3) mengatakan kepada para perwakilan masyarakat setempat pada pertemuan di Fukushima, Jepang, bahwa pembuangan air limbah radioaktif yang diolah di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang hancur di sana telah memenuhi standar keselamatan dan bahwa setiap pembatasan terhadap produk dari wilayah ini “tidak ilmiah.”

Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi bertemu dengan para pejabat setempat dan sejumlah perwakilan dari kelompok nelayan dan bisnis dan meyakinkan mereka bahwa pembuangan limbah tersebut dilakukan “tanpa dampak terhadap lingkungan, air, ikan, dan sedimen.”

Grossi, yang tiba di Jepang pada hari Selasa, mengunjungi Fukushima untuk pertama kalinya sejak pelepasan air olahan dimulai pada bulan Agustus.

BACA JUGA: Para Inspektur PBB Lakukan Tes pada Ikan Fukushima

Grossi memeriksa fasilitas pembuangan dan pengambilan sampel pada hari Rabu, dengan dikawal oleh Tomoaki Kobayakawa, presiden operator PLTN itu, Tokyo Electric Power Company Holdings.

Dia terakhir kali mengunjungi instalasi pembangkir listrik tersebut pada bulan Juli setelah mengeluarkan tinjauan IAEA yang memperkirakan dampak pembuangan limbah tersebut dapat diabaikan. Laporan komprehensif IAEA kemudian menyimpulkan bahwa pembuangan tersebut memenuhi standar keselamatan internasional.

Bencana tahun 2011 merusak fungsi pasokan listrik dan pendinginan reaktor pembangkit listrik Fukushima, memicu melelehnya tiga reaktor dan menyebabkan sejumlah besar air limbah radioaktif terakumulasi. Setelah lebih dari satu dekade melakukan pembersihan, PLTN tersebut mulai membuang air setelah mengolahnya dan mengencerkannya dengan air laut dalam jumlah besar pada 24 Agustus, memulai proses yang diperkirakan akan memakan waktu puluhan tahun.

Pembuangan tersebut ditentang oleh kelompok nelayan dan negara-negara tetangga termasuk China, yang melarang semua impor makanan laut Jepang segera setelah pelepasan dimulai. [ab/uh]