Meningkatnya ketergantungan Eropa pada minyak dan gas Norwegia telah membuat instalasi energi di negara itu lebih berisiko diserang, kata kepala salah satu lembaga yang bertugas mengamankan instalasi energi tersebut kepada Reuters, Senin (12/2).
Norwegia pada tahun 2022 mengambil alih posisi Rusia sebagai pemasok gas alam terbesar di Eropa ketika invasi Moskow ke Ukraina merusak hubungan energi yang telah berlangsung selama beberapa dekade dan membuat harga melonjak.
“Saya prihatin dengan ketergantungan, dan tidak ada keraguan bahwa Eropa menjadi lebih bergantung pada gas Norwegia,” kata Lars Christian Aamodt, kepala Otoritas Keamanan Nasional dalam sebuah wawancara.
“Ketika ketergantungan meningkat, maka ancaman dan risikonya juga akan meningkat,” katanya, setelah pemaparan penilaan ancaman tahunan tiga badan intelijen Norwegia.
BACA JUGA: Swedia Hentikan Penyelidikan Ledakan di Jaringan Pipa Nord StreamBadan Aamodt mengatakan ketergantungan Eropa pada minyak dan gas Norwegia akan semakin meningkat jika konflik di Timur Tengah mengganggu pasar minyak bumi.
Selain itu, instalasi minyak dan gas Norwegia dapat terkena “kecelakaan, sabotase fisik, dan serangan siber yang merusak”, kata badan intelijen militer (E-service) negara tersebut dalam laporan terpisah.
Pengawasan dan pemetaan Rusia terhadap infrastruktur Norwegia berlanjut seperti biasa, kata Laksamana Nils Andreas Stensoenes, direktur layanan elektronik, kepada Reuters.
“Mereka melanjutkan program pengawasannya dan tidak banyak dipengaruhi perang (di Ukraina),” tambahnya.
Sebuah insiden Oktober lalu di bawah Laut Baltik, ketika pipa gas dasar laut dan kabel telekomunikasi yang menghubungkan Finlandia dan Estonia rusak, “membukakan mata” tentang risiko sabotase, kata kepala badan keamanan kepolisian.
“Hal ini telah meningkatkan kesadaran banyak orang, juga di Norwegia,” kata Ketua PST Beate Gangaas kepada Reuters.
Polisi Finlandia telah menetapkan kapal kontainer China "New Polar Bear" sebagai tersangka utama karena jangkarnya terseret di dasar laut. Mereka belum menyimpulkan apakah itu kecelakaan atau tindakan yang disengaja.
Dua kabel lagi, satu menghubungkan Swedia dan Estonia dan satu lagi Rusia, juga rusak pada waktu itu. [my/jm]