Ada konsensus yang kian besar di kalangan para analis bahwa penghubung internasional Partai Komunis China (PKT) Liu Jianchao kemungkinan besar akan dipilih sebagai menteri luar negeri mendatang, kemungkinan sedini Maret pada waktu pertemuan politik tahunan paling penting di China yang dijuluki "Dua Sesi."
Menurut para analis, jika ia diangkat, penerjemah yang kemudian beralih menjadi diplomat berusia 59 tahun dan juga mantan pemburu para pejabat yang korup itu akan menggantikan Wang Yi sebagai diplomat tertinggi China. Ia dapat membantu memperbaiki hubungan buruk Beijing dan negara-negara Barat, terutama AS.
Jeremy Chan, analis senior di lembaga konsultan Eurasia Group yang berbasis di New York, mengatakan, jika Liu Jianchao dipromosikan sebagai menteri luar negeri pada bulan Maret, sebagaimana yang diperkirakan umum, dunia bisa berharap akan hadirnya China yang lebih ramah dan lebih lembut di panggung global pada tahun 2024.
“Liu Jianchao adalah sosok yang lebih ramah daripada Wang dan lebih fasih berbahasa Inggris, jadi kemungkinan besar ini akan membantu komunikasi diplomatik dengan AS dan negara-negara Barat lainnya,” kata Chan.
Tetapi, lanjutnya, “juga perlu diingat bahwa meskipun menjabat menteri luar negeri, Liu Jianchao tidak akan membuat kebijakan luar negeri melainkan lebih menerapkan arahan dari Wang dan para pemimpin senior partai lainnya.”
Wang Yi, 70, diangkat kembali sebagai menteri luar negeri pada Juli lalu hingga penggantinya ditunjuk setelah dipecatnya Qin Gang.
Para analis yang berbicara dengan VOA mengatakan Liu jelas-jelas dipersiapkan untuk posisi tersebut.
Pada awal Januari, ia memimpin satu delegasi China ke AS dan bertemu dengan para cendekiawan, tokoh-tokoh bisnis dan para pejabat tinggi, termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih John Finer. Ia juga menghadiri seminar publik mengenai hubungan AS-China di Dewan Hubungan Luar Negeri yang berbasis di New York.
Yun Sun, direktur China Program di lembaga kajian Stimson Center yang berbasis di Washington bertemu dengan Liu dalam kunjungan itu.
"Saya pikir kunjungan Liu Jianchao ke DC merupakan bukti bagus bahwa ia akan ditugasi mengurus hubungan bilateral yang penting,” kata Sun. Ia menambahkan bahwa selama kunjungan ke tiga kota di AS, Liu beberapa kali berdialog dengan lembaga-lembaga kajian dan komunitas kebijakan. “Ini sangat tidak biasa kalau ia tidak sedang diposisikan untuk memiliki portofolio yang lebih besar.”
Liu sebelumnya bertugas sebagai juru bicara kementerian luar negeri sebelum menjadi duta besar untuk Filipina dan kemudian Indonesia. Setelah itu, ia menjabat sebagai asisten menteri luar negeri sebelum menduduki jabatan di level wakil direktur, wakil menteri, di Biro Nasional Pencegahan Korupsi dan Dirjen di Departemen Kerja Sama Internasional bagi Komisi Sentral untuk Pengawasan Disiplin PKT, menurut Dewan Hubungan Luar Negeri.
Liu memainkan peran penting dalam program “Operasi Perburuan Rubah” yang dilancarkan Presiden China Xi Jinping, yang berupaya melacak dan mengekstradisi para pejabat korup yang melarikan diri ke luar negeri, kata para analis.
“Pengalaman Liu Jianchao memimpin kantor internasional kampanye antikorupsi Xi menunjukkan ia mendapat kepercayaan politik tingkat tinggi dan dianggap mampu menangani perundingan yang secara khusus dianggap sensitif dengan pemerintah negara-negara asing,” kata Neil Thomas, peneliti politik China di Asia Society Policy Institute yang berbasis di VOA dalam tanggapan melalui email.
Pada tahun 2018, Liu Jianchao kembali ke sistem diplomatik dan bekerja di Kantor Komisi Urusan Luar Negeri Pusat. Pada tahun 2022 ia dianggap sebagai menteri Departemen International Komite Pusat PKT, yang peran tradisionalnya adalah menjadi penghubung dengan negara-negara lain yang diperintah oleh partai komunis seperti Kuba, Laos, Korea Utara dan Vietnam. [uh/lt]