Kepala serikat wartawan Hong Kong hari Rabu (7/9) ditangkap, hanya beberapa minggu sebelum ia dijadwalkan meninggalkan kota itu dan memulai program belajar di luar negeri.
Ronson Chan, Ketua Asosiasi Wartawan Hong Kong (HKJA), ditangkap karena diduga menghalang-halangi polisi dan melakukan tindakan tidak tertib di depan umum.
Kantor berita online “Channel C” di mana Chan bekerja mengatakan veteran wartawan itu dibawa pergi oleh polisi yang memeriksa identitasnya ketika ia sedang melaporkan pertemuan pemilik perumahan.
Polisi mengatakan seorang laki-laki bermarga Chan, yang berusia 41 tahun, ditangkap setelah ia menolak menunjukkan kartu identitasnya pada polisi dan berperilaku “tidak kooperatif,” meskipun telah berkali-kali diperingatkan.
Chan dijadwalkan meninggalkan Hong Kong pada akhir September untuk mengikuti program beasiswa di Reuters Institute, Universitas Oxford, selama enam bulan.
BACA JUGA: Bebas dari Penjara, Aktivis Hong Kong Hati-hati soal Langkah BerikutnyaPihak berwenang telah menggunakan undang-undang keamanan nasional dan tuduhan penghasutan era kolonial untuk menindak perbedaan pendapat di Hong Kong setelah demonstrasi pro-demokrasi tiga tahun lalu.
Media lokal yang dianggap kritis terhadap pemerintah telah menghadapi serangkaian penyelidikan polisi. Peringkat kebebasan pers Hong Kong juga telah anjlok.
Sebagaimana banyak kelompok masyarakat sipil dan serikat pro-demokrasi yang sekarang sudah mengakhiri operasinya, baik Chan maupun HJKA telah berulangkali menghadapi kritik dari kantor-kantor media yang sejalan dengan Liaison Office Beijing di kota itu. Tindakan polisi umumnya mengikuti liputan media semacam itu.
Tabloid lokal Apple Daily dan platform berita online Stand News, di mana Chan dulu bekerja, terpaksa ditutup tahun lalu setelah para eksekutif didakwa dengan pelanggaran keamanan nasional. Hal ini membuat ratusan wartawan kehilangan pekerjaan.
Ketika Reporters Without Borders RSF merilis peringkat kebebasan pers tahunan bulan Mei lalu, Hong Kong anjlok ke peringkat 148 di dunia. Padahal dalam laporan pertama RSF tahun 2002, Hong Kong memiliki sejumlah media paling bebas di Asia dan berada di peringkat ke-18 di dunia.
The Foreign Correspondents’ Club of Hong Kong atau Klub Koresponden Asing Hong Kong tidak lagi menyerahkan penghargaan pers hak asasi manusia tahunan terbaik di Asia tahun ini dengan alasan risiko yang ditimbulkan oleh undang-undang keamanan yang sudah diberlakukan. Keputusan ini memicu kontroversi di banyak kalangan wartawan yang menjadi anggota klub itu. [em/jm]