Keputusan AS Soal Yerusalem Dapat Kuatkan Partai Islamis

Demonstran Palestina bentrok dengan pasukan Israel menyusul demonstrasi menentang keputusan Presiden Amerika Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, di Ramallah, Tepi Barat, 7 Desember 2017.

Partai-partai Islamis memanfaatkan keputusan Amerika mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, sebagai penggalang dukungan dalam dalam kampanye pemilu di negara-negara Muslim.

Keputusan Presiden Trump, Rabu (6/12), itu memicu protes di sejumlah negara dan bentrokan antara pengunjuk rasa dengan petugas keamanan di wilayah Palestina. Unjuk rasa diperkirakan akan digelar Salat Jumat di berbagai negara, mulai dari Indonesia hingga Turki.

Tidak jelas berapa lama dan berapa besar gelombang sentiment anti-Amerika akan berlangsung, dan apakah akan disertai serangan teror atau kekerasan lain seperti diramalkan beberapa pemimpin dunia.

Satu negara yang menarik untuk diamati adalah Pakistan, yang sedang mengalami peningkatan konservatisme agama. Pemerintah Pakistan menepis tekanan Amerika agar mengusir kelompok-kelompok ekstremis yang dituduh melancarkan serangan di Afghanistan. Islamabad, yang tidak mengakui kehadiran Israel sebagai negara, membantah melindungi kelompok-kelompok teroris.

Tokoh Islamis Pakistan, Hafiz Saeed, yang dituduh mendalangi serangan-serangan teroris di India, dibebaskan dari tahanan rumah pekan lalu. Hafiz mengumumkan bahwa kelompok yang dipimpinnya, Jamaat-ud-Dawa, akan ikut dalam pemilu Mei dan dapat mengambil keuntungan dengan membangkitkan sentimen anti-Amerika. Amerika telah menyatakan Jamaat-ud-Dawa sebagai organisasi teroris. [ds]