Berita mengenai keputusan Presiden AS Joe Biden untuk mengakhiri kampanye pemilihannya segera menjadi topik hangat di berbagai platform media sosial China, Senin (22/7).
Dalam pernyataan yang dilansir Minggu sore waktu AS,Biden mengumumkan keputusannya tidak mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua dan bertekad akan memfokuskan energinya untuk memenuhi tugas-tugasnya sebagai presiden.
Sejauh ini, pemerintah China masih bungkam mengenai keputusan itu. Pada konferensi pers rutin hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning menolak berkomentar, dan mengatakan “pemilihan presiden merupakan urusan dalam negeri AS.”
Namun di Internet, postingan “Biden mengundurkan diri dari pemilu” telah dilihat lebih dari 400 juta kali di situs mikroblog China Weibo dan menuai puluhan ribu komentar.
Topik-topik lain juga viral. Topik seperti “Zelenskyy menghormati keputusan Biden untuk mengundurkan diri dari pemilu,” “Harris memuji Biden,” dan “Trump pikir Harris lebih mudah dikalahkan” masuk daftar 20 pencarian teratas pada hari Senin di Weibo, platform yang mirip dengan X.
Beberapa media besar di China, termasuk kantor berita Xinhua, People’s Daily dan Global Times yang dikelola pemerintah, meliput pengunduran diri Biden dari pencalonannya secara panjang lebar.
Banyak warganet China menyatakan pandangan bahwa keputusan Biden tersebut memastikan Trump akan menang dalam pemilihan pada bulan November, sementara yang lainnya mengatakan berbagai hal mendadak berubah bagi Ukraina, mengacu pada Trump yang berulang kali mengkritik bantuan militer AS untuk Ukraina. “Malam ini akan menjadi malam tak bisa tidur bagi Zelenskyy,” tulis warganet China “Yo-Huai-To-Bi” dari provinsi di timur laut, Shandong, di Weibo.
Warganet China lainnya berpendapat bahwa AS akan terus bersaing dengan China dan berupaya membendung kebangkitan negara itu terlepas dari siapa pun pemenang pemilu November.
“Kita tidak boleh terlalu gembira dengan berita ini karena Trump kemungkinan besar akan melanjutkan strategi Biden terhadap China dan ia mungkin akan menerapkan aturan yang lebih keras,” tulis netizen “BIGTREE33” dari provinsi di bagian tenggara, Fujian, di Weibo.
Beberapa komentator China mengatakan tanpa Biden, partai Demokrat akan memiliki peluang sangat kecil untuk menang dalam pemilihan presiden November mendatang.
“Tidak ada faksi dalam Partai Demokrat yang dapat membangun kembali kampanye yang mampu menantang Trump dalam jangka singkat, jadi setelah Biden mundur dari pencalonan, Demokrat akan kembali ke situasi terpecah belah,” kata Jia Min, peneliti afiliasi di Shanghai Development Research Foundation, kepada Shanghai Morning News dalam sebuah video.
Hu Xijin, mantan pemimpin redaksi tabloid yang dikelola pemerintah China, Global Times, menulis di X bahwa siapa pun yang menjadi kandidat presiden partai Demokrat tidak akan membuat banyak perbedaan dalam pemilihan presiden November mendatang.
“Karena kepribadian Trump begitu luar biasa, para pemilih Amerika kini terbagi menjadi dua kelompok: pencinta Trump dan pembenci Trump,” tulisnya, seraya menambahkan bahwa pemilu November akan menjadi pilihan antara Trump atau “siapa pun.”
Harris vs. Trump
Setelah Biden mendukung Wakil Presiden Kamala Harris untuk menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat dan Harris bertekad akan mendapatkan nominasi dari partai tersebut, entri “Dapatkah Harris mengalahkan Trump” segera menjadi topik hangat di Weibo.
Semakin banyak orang yang tampaknya percaya peluang Harris sangat kecil untuk mengalahkan Trump dalam pemilihan presiden. “Jika Hillary Clinton tidak dapat mengalahkan Trump ketika itu, maka Harris hanya akan menjadi lelucon,” tulis warganet bernama “Falling in Love with Jia-tze-hu” dari Provinsi Shandong di Weibo.
Beberapa analis China mengatakan Harris kurang pengalaman dan pencapaian untuk menjadi presiden AS yang berikutnya.
“Melihat rekam jejak Harris secara keseluruhan, kinerjanya sebagai wakil presiden tidak terlalu luar biasa, dan ia belum mencapai hasil yang memuaskan,” kata Sun Chenghao, peneliti di Pusat Keamanan dan Strategi Internasional di Universitas Tsinghua, kepada media online China the Paper.
Persaingan Beijing-Washington akan berlanjut
Meskipun keputusan Biden untuk keluar dari pencalonan sebagai presiden kemungkinan besar akan memengaruhi perkembangan pemilihan presiden AS, beberapa analis mengatakan pemerintah China mungkin berpikir bahwa perkembangan ini tidak akan mengubah fakta bahwa Beijing dan Washington terlibat dalam persaingan intens.
“Pandangan Beijing adalah AS dan China berada dalam persaingan ini, dan ini akan berlanjut tak peduli siapa yang menang dalam pemilu,” kata Ian Chong, ilmuwan politik di National University of Singapore, kepada VOA melalui telepon.
Para pakar lain mengatakan pemerintah China mungkin tidak memiliki ekspektasi yang jelas mengenai bagaimana kandidat yang berbeda dapat berfokus pada isu-isu terkait China.
“Terlepas sebagai wakil presiden, Harris belum begitu banyak bicara mengenai kebijakan luar negeri, khususnya dibandingkan dengan rekam jejak Biden dan Trump yang telah diketahui,” kata Timothy Rich, ilmuwan politik di Western Kentucky University.
“Jadi, Trump yang telah dikenal, betapa pun ia tak bisa diramalkan, mungkin akan lebih mudah [bagi Beijing] untuk bersiap menghadapinya daripada Harris,” katanya kepada VOA dalam tanggapan tertulis.
Jika pemilu November akan menjadi persaingan antara Trump dan Harris, Rich berpendapat kemenangan potensial Trump akan berarti lebih banyak tarif terhadap berbagai komoditas China dan lebih banyak pandangan eksplisit mengenai perdagangan yang bersifat menang-kalah (zero-sum game). Pemerintahan potensial Harris, lanjutnya, mungkin menerapkan pendekatan yang lebih berbeda untuk mengatasi hubungan dagang Washington dengan China.
Mengenai isu Taiwan, Rich mengatakan fakta bahwa Komite Nasional partai Republik mengeluarkan Taiwan dari platform partai mungkin menunjukkan bahwa Trump “berpikir secara transaksional mengenai bagaimana memutuskan dukungan bagi Taiwan dapat mengarah pada perjanjian perdagangan besar dengan China.”
“Kontrasnya, saya tidak melihat pemerintahan Harris akan menyimpang dari dukungan pendahulunya terhadap Taiwan, katanya kepada VOA. [uh/ab]