Maret, Kerja Sama Investasi Baru AS-Indonesia Siap Diteken

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan delegasi Amerika, termasuk penasehat senior Gedung Putih Jared Kushner, untuk membahas cara investasi baru, di Washington DC, Kamis, 13 Februari 2020. (Foto: Kemenko Kemaritiman dan In

Perjanjian awal penanaman investasi baru Amerika Serikat di Indonesia siap ditandatangani pada Maret mendatang, saat Presiden Joko Widodo melawat ke AS, Maret mendatang.

Hal ini disampaikan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ketika ditemui VOA di Washington DC, Kamis (13/2) malam.

“Kita sudah memfinalisasi semua rincian kerjasama itu dan berharap dalam kunjungan Presiden – kalau jadi difinalkan tanggal 16 Maret – akan ditandatangi kerjasama pendahuluannya,” ujar Luhut. Namun ia menolak merinci nilai investasi itu karena ingin melaporkan perkembangan terbaru ini dulu kepada Presiden Joko Widodo.

“Saya kira saya belum bisa mengungkapkannya dulu karena masih herus lapor pesiden. Tapi yang paling penting itu bukan angkanya, tetapi karena ini pertama kali dalam sejarah, di mana Amerika melakukan investasi sebesar itu di dalam satu portofolio melalui sovereign fund,” tambahnya.

Delegasi Indonesia yang terdiri dari Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dan Menteri Kominfo Johnny G. Plate, Senin (10/2), mengadakan pertemuan dengan delegasi Amerika yang dipimpin CEO International Development Finance Corpopration (IDFC) Adam Boehler dan beberapa pejabat pemerintah Amerika, termasuk penasehat senior Gedung Putih Jared Kushner.

Pertemuan yang berlangsung di Hotel Fairmont, di Washington DC itu, menindaklanjuti pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara 10 Januari lalu.

CEO IDFC Adam Boehler didampingi Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, 10 Januari 2020. (Foto: Setpres)

IDFC Siap Investasi

IDFC adalah lembaga independen di bawah pemerintah Amerika yang merupakan pengembangan dari Overseas Private Investment Corporation, yang dibentuk lewat mandat Kongres Amerika. Menurut Adam Boehler di Istana Negara ketika itu, lembaga ini memiliki anggaran $60 miliar yang akan difokuskan untuk investadi di negara-negara berkembang.

“Khusus untuk di Indonesia, mereka (IDFC.red) ingin masuk di hydropower bersama Jepang. Tadi CEO Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Tadashi Maeda ikut hadir bersama kami,” papar Luhut.

“Saya lihat setelah kita negosiasikan selama beberapa bulan ini, semua sepakat melakukannya. Ini karena hal ini menguntungkan untuk mereka [Amerika.red] juga.”

BACA JUGA: SoftBank akan Berinvestasi 40 Miliar Dolar untuk Ibu Kota Baru Indonesia

Ada beberapa hal yang membuat Amerika, menurut Luhut, yakin untuk menanamkan investasi lewat IDFC, antara lain reformasi hukum dan pajak yang sedang didorong Indonesia.

“Mereka tadi sebut RUU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja dan Perpajakan,” tambah Luhut, yang dinilai dapat semakin memperkuat perekonomian lewat perbaikan sistem investasi dan daya saing Indonesia.

Meskipun ditentang buruh, RUU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja, misalnya, mencakup berbagai kebijakan dalam hal penyederhanaan izin, ketenagakerjaan, hingga soal kemudahan berusaha. Sementara RUU Omnibus Law Perpajakan mencakup berbagai isu pendanaan investasi, kepatuhan wajib pajak hingga fasilitas usaha.

Para pekerja berpawai menuju gedung DPR/MPR untuk memprotes rancangan undang-undang omnibus penciptaan lapangan kerja, di Jakarta, 13 Januari 2020. (Foto: AFP)

Pengamat Merespon Positif

Ditemui seusai diskusi panel di KBRI Washington DC, Kamis (14/2), Senior Vice President di Albright Stonebridge Group ASG, Meredith Miller, mengatakan investasi yang ditawarkan IDFC merupakan perkembangan yang sangat signifikan, tidak saja bagi pemerintah Indonesia, tetapi juga pemerintah Amerika.

“Ini merupakan suatu pencapaian yang luar biasa karena ada suatu cara baru untuk menanamkan investasi pada berbagai proyek di Indonesia. Hal ini juga dicapai pada saat yang tepat, yaitu ketika Indonesia – sebagaimana disampaikan Luhut dalam diskusi panel ini – sedang berupaya merampingkan pola investasi sehingga memudahkan masuknya investor asing. Jadi saya rasa ini pencapaian signifikan di saat yang tepat,” ujarnya.

Miller juga memuji fokus perhatian Presiden Joko Widodo pada masa jabatan keduanya, yaitu pada pembangunan infrastruktur.

“Saya rasa untuk memajukan perekonomian Indonesia, penting ada konektivitas diantara seluruh pulau di Indonesia. Tepat jika pembangunan infrastruktur menjadi tema utama pembangunan saat ini, karena sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi dan timnya secara terus menerus, ia ingin agar pertumbuhan ekonomi dirasakan di seluruh pelosok Indonesia. Nah pembangunan infrastruktur merupakan kunci penting untuk mencapai hal itu,” tegasnya.

Puji Langkah Jokowi

Presiden dan CEO Dewan Bisnis Amerika-ASEAN, Alexander Feldman, juga menyambut baik cara baru menanamkan investasi di Indonesia lewat IDFC.

“Ini merupakan langkah yang berani yang diambil Presiden Joko Widodo,” ujarnya. “Tetapi kami masih ingin melihat rinciannya lebih jauh.”

Pemandangan kecamatan Sepaku di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, 28 Agustus 2019. (Foto: Antara via Reuters)

Kushner Tertarik Proyek Ibu Kota Baru

Sementara itu dalam pertemuan di Washington DC, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan perhatian serius Penasehat Senior Gedung Putih Jared Kushner pada rencana Indonesia membangun ibu kota baru.

BACA JUGA: Tunjuk Dewan Pengarah Ibu Kota Baru, Jokowi Pastikan Pemerintah Tidak Berutang

“Ia bilang pada saya bahwa Presiden Trump love it so much. Jadi mungkin saja dalam pertemuan presiden nanti, salah satu agendanya adalah pembicaraan Presiden Jokowi dan Trump tentang ibu kota baru nanti,” ujar Luhut.

KTT US-ASEAN

KTT US-ASEAN menurut rencana akan dilangsungkan di Las Vegas, pada Maret nanti. Meskipun sedikitya lima pemimpin ASEAN – yaitu Vietnam, Laos, Singapura, Kamboja dan Thailand – memastikan akan hadir dalam KTT itu, tetapi belum ada kepastian resmi apakah Presiden Joko Widodo akan datang.

Beberapa pengamat yang ditemui VOA dalam diskusi panel di Washington DC mengatakan meskipun para pemimpin ASEAN menanggapi positif undangan KTT dari pemerintah Amerika itu, tetapi belum jelas apakah acara itu akan tetap dilaksanakan sesuai jadwal jika wabah virus korona yang sudah menelan lebih dari 1.300 korban jiwa semakin meluas. [em/ft]