Ketegangan AS-Turki Terus Meningkat

  • Dorian Jones

Tiga orang menunggu di depan bagian permohonan visa Kedutaan Besar AS di Ankara, Turki, Senin (9/10).

Ketegangan hubungan Amerika dan Turki terus memuncak ketika Ankara memberlakukan larangan visa bagi sebagian besar warga Amerika, sebagai balasan terhadap langkah serupa oleh Washington. Perselisihan itu menimbulkan dampak pada pasar keuangan Turki yang khawatir akan dampaknya dalam jangka panjang.

Pakar politik Cengiz Aktar mengatakan pada saat terburuk sekalipun belum pernah terjadi hal seperti ini sebelumnya.

Perselisihan itu memuncak pekan lalu dengan penangkapan Metin Topuz, seorang staf lokal di konsulat Amerika di Istanbul, atas tuduhan terorisme. Jaksa Turki menuduh Topuz terkait dengan para pengikut Fethullah Gulen, ulama Turki yang kini bermukim di Amerika, yang dituduh sebagai dalang kudeta yang gagal tahun lalu.

Kementerian Luar Negeri Turki hari Senin (9/10) memanggil wakil kepala misi Amerika, dan menurut media setempat, Turki menuntut Amerika “segera” melonggarkan pembatasan pemberian visa yang diberlakukan Washington DC.

Wakil Menteri Luar Negeri Turki Umit Yalcin dilaporkan telah berbicara melalui telfon dengan Duta Besar Amerika Untuk Turki John Bass. Partai AK yang berkuasa telah meningkatkan perang kata-kata terhadap Bass.

“Keluar Bass, tinggalkan kami!,” ujar wakil ketua Partai AK Hamza Dag. Bass dijadwalkan akan meninggalkan Turki untuk melanjutkan tugas baru di Afghanistan.

Ketegangan itu diperkirakan akan semakin meningkat ketika Kantor Jaksa Istanbul mengumumkan dikeluarkannya surat penangkapan baru terhadap seorang staf lokal lain di konsulat Amerika di Istanbul, dan bahwa istri dan putra staf yang dicari itu telah ditangkap.

Pakar politik Cengiz Aktar mengatakan “krisis itu memasuki babak baru dengan meningkatkan ketegangan antara Ankara dan Washington.” Ditambahkannya, “Turki menuntut banyak hal dari pemerintah Amerika. Krisis ini merupakan buntut dari seluruh isu yang selama ini belum diselesaikan.”

AS Tolak Ekstradisi Fethullah Gulen, Turki Frustrasi

Turki semakin menyuarakan rasa frustrasinya terhadap ketidaksediaan Amerika mengekstradisi Gulen, yang para pengikutnya dipandang terlibat dalam kudeta yang gagal tahun lalu. Amerika menegaskan bahwa ekstradisi merupakan urusan pengadilan. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menilai pernyataan itu adalah alasan semata, dan mengklaim bahwa sebelumnya Turki telah memulangkan banyak orang yang dicari Amerika.

Perselisihan itu membangkitkan kecurigaan yang disuarakan secara luas oleh media pro-pemerintah bahwa Amerika terlibat dalam kudeta tahun lalu, tuduhan yang telah dibantah keras Amerika.

Sementara Amerika semakin curiga bahwa penangkapan staf lokal itu bermotif politik.

Melihat lokasi Turki yang berbatasan dengan Iran, Irak dan Suriah; dan sekaligus menjadi lokasi pangkalan udara terbesar Amerika di kawasan itu – Incirlik – beberapa analis menilai adalah bagi kepentingan kedua pihak untuk menenangkan keadaan.

“Turki dan Amerika secara strategis sangat terkait sehingga sangat sulit dipisahkan pada saat sekarang ini,” ujar kolumnis politik Semih Idiz di situs Al Monitor.

Pada akhirnya para pengamat memperkirakan pemenang sesungguhnya perselisihan saat ini adalah Presiden Rusia Vladimir Putin yang telah bekerja keras untuk memisahkan Turki dari NATO. [em/al]