Pembatalan kehadiran Presiden Obama di KTT APEC menimbulkan beberapa pertanyaan di kalangan beberapa pemimpin sekitar komitmen pemerintahan Obama terhadap kawasan Asia Pasifik.
Berlanjutnya penghentian sebagian operasi pemerintah di Amerika, Presiden Barack Obama telah membatalkan lawatannya ke dua pertemuan penting di Asia – yaitu KTT APEC di Bali dan konferensi keamanan Asia Timur di Brunei Darussalam – serta lawatan ke Malaysia dan Filipina.
Rencana lawatan Presiden Obama ke empat negara itu dimaksudkan untuk memperkuat komitmen ekonomi dan militer Amerika di Asia Tenggara. Menteri Luar Negeri John Kerry kini mewakili presiden di KTT APEC di Indonesia.
Beberapa pesertanya – seperti ketua bersama Dewan Kerjasama Asia Pasifik, Jusuf Wanandi menunjukkan kekecewaannya atas pembatalan itu.
“Ini sangat disayangkan karena kekecewaan ini juga menimbulkan dampak pada kredibilitas kepemimpinan Amerika di masa depan. Karena Obama juga tidak menghadiri KTT APEC tahun 2012 di Vladivostok, dan kini ia juga tidak datang. Jadi saya kira ini menjadi isu penting yang harus diatasi AS – secara lebih serius di masa depan,” Jusuf Wanandi.
Tetapi beberapa pihak lain di KTT APEC mengambil sikap yang lebih memaafkan. Charles Morison – Presiden East West Center mengatakan ketidakhadiran Presiden Obama tampaknya tidak akan menimbulkan dampak terhadap keberadaan Amerika di kawasan itu.
“Ada beberapa orang yang saya kira, akan mengatakan bahwa ketidakhadiran ini berarti upaya Amerika untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan di Asia sekarang ini tidak lagi sepenting sebelumnya. Saya kira tidak demikian. Saya kira penyesuaian dengan semua pihak – khususnya pada sisi bisnis – sudah berlangsung sejak lama,” papar Morison.
Pembatalan itu termasuk pertemuan Presiden Obama dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Dalam penjelasan singkat hari Jumat, juru bicara pemerintah Jepang – Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga menghimbau pemimpin-pemimpin Amerika untuk menyudahi penghentian operasi pemerintah.
Yoshihide Suga menghimbau Kongres AS dan Gedung Putih secepatnya mengakhiri kebuntuan yang terjadi agar masalah itu tidak menjalar ke hal-hal lainnya.
“Poros Asia” yang diumumkan pemerintahan Obama tahun 2011 sebagai jangkauan militer dan diplomatik terhadap kawasan yang sedang berkembang, dinilai penting bagi masa depan Amerika.
KTT APEC akan diselenggarakan di Bali mulai 5 – 7 Oktober dan akan dihadiri oleh para kepala negara dari seluruh kawasan, termasuk China, Jepang, Korea Selatan, Rusia, Malaysia dan Filipina.
Forum ini berlangsung sewaktu Amerika sedang berupaya memajukan perundingan Trans-Pacific Partnership, suatu kesepakatan perdagangan bebas berskala luas yang melibatkan 12 negara – kecuali China. Dengan 21 anggota, APEC menjadi – apa yang disebut para analis sebagai – blok ekonomi paling penting di dunia.
Berbicara dari Filipina, mantan Wakil Menteri Pertahanan Amerika Walter Slocombe membela komitmen Amerika pada wilayah itu, meskipun Presiden Obama membatalkan lawatannya.
“Pembatalan itu karena Presiden Obama harus berada di Washington untuk menghadapi masalah politik dalam negeri yang penting dan tidak bisa berada di luar negeri lama-lama, tidak ada kaitannya dengan kebijakan Asia, tetapi berkaitan dengan kenyataan bahwa kami sedang berada di tengah-tengah konfrontasi politik di Washington, dan Presiden harus berada di tempat untuk mengatasinya”.
Tetapi selagi Presiden Amerika disibukkan oleh konfrontasi dengan Kongres mengenai anggaran belanja Federal, Presiden China sibuk menggalang perjanjian regional.
Dalam kunjungan ke Jakarta pekan ini, Presiden China Xi Jinping menandatangani 23 persetujuan bisnis bernilai 33 milyar dolar. Di Malaysia hari Jum’at, pemimpin China itu menyepakati perjanjian untuk meningkatkan perdagangan bilateral bernilai 160 milyar dolar menjelang tahun 2017.
Presiden China juga melakukan lobbying untuk mempererat hubungan ASEAN, yang telah mempunyai perjanjian perdagangan bebas.
China adalah salah satu negara penting mitra ASEAN tetapi klaimnya yang agresif atas kawasan di Laut Cina Selatan telah menimbulkan ketegangan wilayah.
Para analis mengatakan, ketidak hadiran Presiden Obama dalam pertemuan APEC, akan memberi China banyak kesempatan untuk melakukan usaha diplomasi dengan kepala-kepala negara di wilayah itu.
Rencana lawatan Presiden Obama ke empat negara itu dimaksudkan untuk memperkuat komitmen ekonomi dan militer Amerika di Asia Tenggara. Menteri Luar Negeri John Kerry kini mewakili presiden di KTT APEC di Indonesia.
Beberapa pesertanya – seperti ketua bersama Dewan Kerjasama Asia Pasifik, Jusuf Wanandi menunjukkan kekecewaannya atas pembatalan itu.
“Ini sangat disayangkan karena kekecewaan ini juga menimbulkan dampak pada kredibilitas kepemimpinan Amerika di masa depan. Karena Obama juga tidak menghadiri KTT APEC tahun 2012 di Vladivostok, dan kini ia juga tidak datang. Jadi saya kira ini menjadi isu penting yang harus diatasi AS – secara lebih serius di masa depan,” Jusuf Wanandi.
Tetapi beberapa pihak lain di KTT APEC mengambil sikap yang lebih memaafkan. Charles Morison – Presiden East West Center mengatakan ketidakhadiran Presiden Obama tampaknya tidak akan menimbulkan dampak terhadap keberadaan Amerika di kawasan itu.
“Ada beberapa orang yang saya kira, akan mengatakan bahwa ketidakhadiran ini berarti upaya Amerika untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan di Asia sekarang ini tidak lagi sepenting sebelumnya. Saya kira tidak demikian. Saya kira penyesuaian dengan semua pihak – khususnya pada sisi bisnis – sudah berlangsung sejak lama,” papar Morison.
Pembatalan itu termasuk pertemuan Presiden Obama dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Dalam penjelasan singkat hari Jumat, juru bicara pemerintah Jepang – Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga menghimbau pemimpin-pemimpin Amerika untuk menyudahi penghentian operasi pemerintah.
Yoshihide Suga menghimbau Kongres AS dan Gedung Putih secepatnya mengakhiri kebuntuan yang terjadi agar masalah itu tidak menjalar ke hal-hal lainnya.
“Poros Asia” yang diumumkan pemerintahan Obama tahun 2011 sebagai jangkauan militer dan diplomatik terhadap kawasan yang sedang berkembang, dinilai penting bagi masa depan Amerika.
KTT APEC akan diselenggarakan di Bali mulai 5 – 7 Oktober dan akan dihadiri oleh para kepala negara dari seluruh kawasan, termasuk China, Jepang, Korea Selatan, Rusia, Malaysia dan Filipina.
Forum ini berlangsung sewaktu Amerika sedang berupaya memajukan perundingan Trans-Pacific Partnership, suatu kesepakatan perdagangan bebas berskala luas yang melibatkan 12 negara – kecuali China. Dengan 21 anggota, APEC menjadi – apa yang disebut para analis sebagai – blok ekonomi paling penting di dunia.
Berbicara dari Filipina, mantan Wakil Menteri Pertahanan Amerika Walter Slocombe membela komitmen Amerika pada wilayah itu, meskipun Presiden Obama membatalkan lawatannya.
“Pembatalan itu karena Presiden Obama harus berada di Washington untuk menghadapi masalah politik dalam negeri yang penting dan tidak bisa berada di luar negeri lama-lama, tidak ada kaitannya dengan kebijakan Asia, tetapi berkaitan dengan kenyataan bahwa kami sedang berada di tengah-tengah konfrontasi politik di Washington, dan Presiden harus berada di tempat untuk mengatasinya”.
Tetapi selagi Presiden Amerika disibukkan oleh konfrontasi dengan Kongres mengenai anggaran belanja Federal, Presiden China sibuk menggalang perjanjian regional.
Dalam kunjungan ke Jakarta pekan ini, Presiden China Xi Jinping menandatangani 23 persetujuan bisnis bernilai 33 milyar dolar. Di Malaysia hari Jum’at, pemimpin China itu menyepakati perjanjian untuk meningkatkan perdagangan bilateral bernilai 160 milyar dolar menjelang tahun 2017.
Presiden China juga melakukan lobbying untuk mempererat hubungan ASEAN, yang telah mempunyai perjanjian perdagangan bebas.
China adalah salah satu negara penting mitra ASEAN tetapi klaimnya yang agresif atas kawasan di Laut Cina Selatan telah menimbulkan ketegangan wilayah.
Para analis mengatakan, ketidak hadiran Presiden Obama dalam pertemuan APEC, akan memberi China banyak kesempatan untuk melakukan usaha diplomasi dengan kepala-kepala negara di wilayah itu.