Hingga hari Selasa (7/2) Kongres Amerika tampaknya belum juga menemukan jalan untuk mencapai kesepakatan imigrasi yang menjamin status 1,8 juta imigran gelap yang dibawa ke Amerika sebagai anak-anak, bahkan ketika para pemimpin menegosiasikan diakhirinya kebuntuan anggaran yang telah berlangsung lama. Koresponden Kongres VOA Katherine Gypson melaporkan keadaan yang tidak dapat diprediksi tersebut.
Ketika kesepakatan anggaran tampaknya hampir dicapai di gedung Kongres, Capitol Hill, Presiden Donald Trump menambahkan unsur ketidakpastian.
Dia mengatakan, “Saya ingin melihat adanya penutupan operasi pemerintahan jika kita tidak bisa menyelesaikan masalah ini.”
Tetapi kecuali Trump menolak kesepakatan anggaran yang telah disahkan di Capitol Hill, pemerintah akan tetap beroperasi, hal yang kemudian diklarifikasi oleh Gedung Putih, seperti disampaikan oleh juru bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders. “Saya kira kita tidak mengharapkan suatu kesepakatan anggaran yang memasukkan kesepakatan imigrasi,” jelasnya.
Ancaman Trump itu merupakan sinyal terbaru bahwa pemerintah tidak serius, menurut kalangan Partai Demokrat di Kongres.
Chuck Schumer, ketua Fraksi Minoritas Senat, mengungkapkan, “Kita sudah pernah mengalami shutdown karena Trump. Tidak ada orang lain yang menginginkan penutupan lagi, mungkin kecuali dia.”
Pernyataan Kepala Staf Gedung Putih John Kelly bahwa banyak Dreamer (julukan bagi para imigran ilegal yang dibawa ke Amerika sebagai anak-anak) terlalu takut atau terlalu malas untuk mendaftar ke program DACA (penangguhan deportasi), membuat banyak kalangan Demokrat mempertanyakan apakah janji pemerintah untuk menolong benar-benar tulus.
Waktunya semakin mendesak bagi Dreamer setelah Gedung Putih menolak kesepakatan bipartisan dari senator Chris Coons dan senator John McCain, sehingga memicu peringatan dari pembela para Dreamer di Senat.
Senator Richard Durbin dari Fraksi Demokrat, pembela para Dreamer itu mengatakan, “Ini bukan hanya krisis kemanusiaan yang segera mengancam. Ini juga krisis ekonomi.”
Pemenuhan janji ketua Fraksi Mayoritas Senat Mitch McConnell untuk mengajukan rancangan undang-undang imigrasi yang siap diperdebatkan minggu depan hanya sekadar memberikan kesempatan bagi kesepakatan imigrasi, karena kompromi yang dibuat di Senat akan menempuh jalan yang sulit di DPR.
Ketua DPR Paul Ryan dari Partai Republik mengatakan, “Kami akan mengambil rancangan undang-undang yang didukung oleh presiden. Jadi begini, Presiden Trump mengajukan tawaran niat baik yang sangat serius dan tulus dengan reformasi yang dikirimkannya ke Gedung Kongres. Itulah yang seharusnya kita kerjakan.”
Your browser doesn’t support HTML5
Para anggota DPR dari Partai Republik tetap berharap bahwa rencana imigrasi empat poin dari Presiden Trump akan lolos.
Tom Cole, anggota DPR dari Partai Republik, salah seorang yang menyampaikan harapan itu. Dia mengatakan, “Saya kira presiden mengejutkan Fraksi Demokrat ketika dia menggandakan jumlah populasi yang kita bahas untuk mendapat kewarganegaraan. Fraksi Demokrat sudah bersedia melakukan pembicaraan mengenai keamanan perbatasan. Dua hal lainnya masuk akal tetapi juga dapat dinegosiasikan.”
Tetapi perundingan tidak pernah selesai di Capitol Hill, dan pihak Demokrat tampaknya masih jauh dari tercapainya kesepakatan dengan Gedung Putih.
Judy Chu, anggota DPR dari Partai Demokrat menyatakan, “Ini karena presiden tidak mengerti hukum imigrasi yang ingin diubahnya atau dia dengan sengaja membingungkan publik untuk meloloskan agendanya sendiri.”
Jalan buntu kemungkinan akan berlanjut sampai batas waktu berlakunya DACA tanggal 5 Maret. [lt/uh]