Ketua Olimpiade Korsel Bela Keputusan Kirim Atlet ke Kamp Militer

  • Associated Press

FILE - Anggota tim bola tangan nasional perempuan Korea Selatan melakukan latihan dengan perahu karet selama pelatihan di kamp pelatihan Korps Marinir di Pohang, Korea Selatan, 30 Maret 2016. (Choe Dong-joon/Newsis via AP)

Ketua Olimpiade Korea Selatan membela keputusan untuk mengirim ratusan atlet ke kamp militer minggu depan sebagai bagian dari persiapan Olimpiade 2024 di Paris, dengan alasan perlunya menanamkan ketangguhan mental.

Sekitar 400 atlet, termasuk atlet putri, akan tiba di kamp pelatihan militer di kota pelabuhan Pohang, di wilayah tenggara Korsel, pada hari Senin untuk pelatihan tiga hari yang bertujuan membangun ketahanan dan kerja sama tim, kata Komite Olahraga dan Olimpiade Korea Selatan.

Program tersebut, yang didorong oleh presiden komite, Lee Kee-Heung, mendapat kritik dari politisi dan media yang menggambarkan kamp pelatihan tersebut sudah ketinggalan zaman dan menunjukkan obsesi yang tidak sehat terhadap medali.

Para pejabat di komite itu telah menepis kekhawatiran mengenai potensi cedera, dan mengatakan bahwa para atlet tidak akan dipaksa menjalani pelatihan militer yang lebih keras. Joging pagi, naik perahu karet, dan acara yang bertujuan membangun persahabatan akan ada dalam program ini. Para pejabat olahraga masih menyelesaikan rincian mengenai kamp tersebut dengan Korps Marinir Korea, kata pejabat komite Yun Kyoung-ho pada hari Kamis.

Dalam pertemuan dengan media domestik, Lee mengatakan ia berharap latihan minggu depan dapat membantu menginspirasi “semangat kebangkitan” bagi para atlet Olimpiade di negara itu yang sebelumnya terjebak dalam “situasi krisis yang nyata.” Ia mengacu pada apa yang secara luas dipandang sebagai perolehan medali yang mengecewakan di Asian Games tahun ini dan Olimpiade Tokyo pada tahun 2021.

Jika penampilan mereka tidak membaik, Korea Selatan mungkin hanya memenangkan lima atau enam medali emas di Olimpiade Paris, kata Lee, yang menggambarkan perolehan tersebut sebagai “skenario terburuk” bagi negara tersebut.

Associated Press tidak hadir dalam pertemuan tersebut, yang tertutup untuk media asing, namun kemudian mengonfirmasi komentar Lee melalui komite olahraga.

Lee pertama kali melontarkan gagasan tentang kamp pelatihan militer setelah Asian Games pada bulan Oktober, ketika Korea Selatan menempati posisi ketiga dalam penghitungan medali emas setelah menjamu Tiongkok dan Jepang. Enam medali emas yang diraih atlet Korea Selatan selama Olimpiade Tokyo adalah yang paling sedikit bagi negara tersebut sejak Olimpiade Los Angeles tahun 1984.

Korea Selatan telah lama mengaitkan olahraga dengan kebanggaan nasional, sebuah warisan yang berasal dari kediktatoran berturut-turut yang memerintah negara tersebut dari tahun 1960-an hingga pertengahan 80-an, sewaktu para pemimpin militer mengaitkan prestasi Asian Games dan Olimpiade dengan loyalitas dan gengsi rezim. [ab/uh]