Khawatir Direbut ISIS, AS Tetap Patroli di Dekat Lapangan Minyak Suriah

Lapangan minyak yang dikuasai kelompok Kurdi yang didukung AS di Rmeilan, Provinsi Hassakeh, Suriah, 27 Maret 2018.

Menteri Pertahanan Mark Esper, Senin (21/10), mengatakan AS tetap menyiagakan sejumlah tentara di dekat beberapa lapangan minyak di timur laut Suriah agar tidak dikuasai oleh ISIS.

Konvoi yang terdiri lebih dari 100 kendaraan pasukan AS menyeberang ke Irak dari Suriah pada Senin (21/10), bagian dari penarikan mundur pasukan yang lebih luas dari bagian utara Suriah sesuai perintah Presiden Donald Trump. Tetapi Esper mengatakan sebagian pasukan AS masih berpatroli di dekat lapangan-lapangan minyak Suriah bersama dengan Pasukan Demokratik Suriah SDF yang dipimpin kelompok Kurdi.

Esper mengatakan belum ada keputusan yang dibuat “terkait jumlah personel atau hal-hal seperti itu.”

“Kami saat ini menempatkan tentara di sejumlah kota yang dekat dengan daerah itu (lapangan minyak.red). Tujuannya supaya tidak dimasuki ISIS atau kelompok lain yang mungkin ingin mencari keuntungan guna mengaktifkan kembali aktivitas mereka,” ujar Esper.

Trump, Minggu (20/10), mencuit di Twitter “kami telah mengamankan minyak.”

Mantan Utusan AS untuk Perlawanan terhadap ISIS, Brett McGurk, mengatakan kepada VOA, ia merasa “tidak pada tempatnya” seorang presiden bicara seperti itu, dan menambahkan bahwa perampasan aset negara lain merupakan hal “ilegal.”

"Sangat tidak mungkin bagi kita untuk mengeksploitasi sumber daya minyak itu kecuali kita ingin menjadi penyelundup minyak,” ujar McGurk. “Suka atau tidak, barang itu (minyak.red) milik Suriah,” tegasnya.

Kebijakan Trump menarik pasukan AS dari bagian utara Suriah menimbulkan kemarahan suku Kurdi di daerah itu, yang selama ini telah bertempur bersama pasukan AS melawan teroris ISIS.

Trump mengatakan AS tidak berkepentingan dalam serangan Turki terhadap Kurdi, yang oleh Turki dianggap sebagai kelompok yang bersekutu dengan kelompok separtis Kurdi yang selama tiga puluh tahun terakhir memperjuangkan otonomi di bagian tenggara Turki.

Trump, Senin (21/10), mengatakan kepada kabinetnya bahwa “Amerika tidak pernah memberi komitmen pada Kurdi bahwa kita akan bertempur bersama selama 400 tahun” untuk melindungi mereka.

Pekan lalu Amerika memediasi gencatan senjata selama lima hari dengan Turki di kawasan itu untuk memberi kesempatan pada warga Kurdi agar keluar dari perbatasan sepanjang 32 kilometer yang akan ditetapkan Turki sebagai “zona aman.” [em/pp]