Khawatir Rabies, CDC AS Tangguhkan Impor Anjing dari Lebih 100 Negara

Pameran Anjing Westminster Kennel Club Tahunan ke-144 di New York, AS, 9 Februari 2020. (Foto: REUTERS/Eduardo Munoz)

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) mengatakan, Senin (14/6), pihaknya akan menangguhkan sementara impor anjing dari 113 negara mulai 14 Juli. Negara-negara tersebut diklasifikasikan sebagai negara yang memiliki anjing yang berisiko tinggi rabies.

Penangguhan berlaku untuk semua jenis anjing, termasuk anak anjing, anjing pendukung emosional, dan anjing yang bepergian ke luar AS dan kembali dari negara berisiko tinggi. Ini juga termasuk anjing yang datang dari negara lain jika mereka telah berada di negara berisiko tinggi selama enam bulan sebelumnya.

CDC mengatakan "tindakan sementara diperlukan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan anjing yang diimpor ke AS dan untuk melindungi kesehatan masyarakat dari penularan kembali varian virus rabies anjing ke AS.”

Emily Pieracci, seorang petugas medis hewan di CDC, mengatakan kepada Reuters bahwa selama setahun terakhir selama pandemi COVID "telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam jumlah anjing yang diimpor dan menunjukkan sertifikat vaksinasi rabies yang dipalsukan."

CDC mengatakan ke-113 negara itu termasuk Rusia, China, India, Brazil, Peru, Kenya, El Salvador, Guatemala, Belarus, Afghanistan, Arab Saudi, Pakistan, Yordania, Ekuador, Kuba, Malaysia, Indonesia, Nigeria, dan Arab Saudi.

CDC sebelumnya memperkirakan 1,06 juta anjing diimpor ke AS setiap tahun. CDC memperkirakan larangan impor, yang diperkirakan akan berlangsung setahun, akan mempengaruhi sekitar 6 persen anjing yang diimpor.

AS telah berhasil menumpas rabies anjing sejak 2007, tetapi masih banyak ditemui di sejumlah negara dan membunuh 59.000 orang setiap tahun di seluruh dunia. Kematian tersebut dapat dicegah jika divaksinasi sebelum timbulnya gejala. [ah/ft]