Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un kembali mengunjungi pabrik-pabrik amunisi besar dan memerintahkan peningkatan drastis produksi rudal dan senjata-senjata lainnya, kata media pemerintah Senin (14/8), sementara militer Korea Selatan dan AS mengumumkan akan memulai latihan besar minggu depan untuk mengasah kemampuan bersama mereka melawan ancaman nuklir Korea Utara yang berkembang.
Dorongan Kim untuk memproduksi lebih banyak senjata juga muncul sewaktu para pejabat AS meyakini bahwa menteri pertahanan Rusia baru-baru ini berbicara dengan Korea Utara untuk menjual lebih banyak senjatanya ke Rusia untuk membantu perangnya dengan Ukraina.
KCNA mengatakan Kim mengunjungi pabrik yang memproduksi rudal taktis, platform peluncuran seluler, kendaraan lapis baja, dan peluru artileri pada hari Jumat dan Sabtu. Ia mengunjungi serentetan pabrik amunisi lainnya pada awal Agustus.
Selama singgah di pabrik rudal, Kim menetapkan tujuan untuk "secara drastis meningkatkan" kapasitas produksi sehingga fasilitas tersebut dapat memproduksi rudal secara massal untuk memenuhi kebutuhan unit militer garis depan, kata KCNA.
“Tingkat kualitatif persiapan perang bergantung pada perkembangan industri amunisi dan pabrik memikul tanggung jawab yang sangat penting dalam mempercepat persiapan perang Tentara Rakyat Korea (Utara),” kata Kim, menurut laporan tersebut.
Sewaktu mengunjungi pabrik-pabrik lain, Kim menyerukan untuk membangun truk peluncur rudal yang lebih modern dan mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan produksi peluncur roket berkaliber besar “pada tingkat eksponensial,” kata laporan itu. Kim juga mengendarai kendaraan lapis baja tempur baru, kata KCNA.
Kim memfokuskan perhatiannya pada perluasan persenjataan nuklir dan misilnya sejak diplomasi berisiko tinggi dengan Presiden Donald Trump runtuh pada 2019. Sejak awal 2022, militer Kim telah melakukan lebih dari 100 uji coba misil, banyak di antaranya atas nama memperingatkan AS dan Korea Selatan karena perluasan latihan militer gabungan mereka. Banyak ahli mengatakan Kim pada akhirnya bertujuan untuk menggunakan persenjataan modernnya untuk merebut konsesi AS, seperti keringanan sanksi, jika diplomasi dilanjutkan kembali dengan Washington.
Korea Utara dapat melakukan lebih banyak tes senjata segera setelah AS dan Korea Selatan memulai latihan militer musim panas mereka Senin depan. Korea Utara menyebut latihan militer AS-Korea Selatan sebagai praktik invasi. Kedua negara mengatakan mereka tidak berniat menyerang Korea Utara. [ab/uh]