Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, Rabu (25/4) tiba di Vladivostok, Rusia timur jauh untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Kim mengatakan pertemuan itu merupakan langkah pertama menuju hubungan yang lebih akrab dengan Moskow.
Mengenakan topi hitam dan baju dingin berwarna gelap, Kim Jong-un sambil tersenyum disambut oleh para petinggi Rusia dan barisan musik militer di kota pelabuhan Vladivostok. Ia melakukan perjalanan yang pendek ke Vladivostok dengan kereta api lapis baja khusus yang berwarna hijau dan kuning.
Tatkala singgah di kota perbatasan Khasan ia mengatakan bahwa perjalanannya itu bukanlah yang terakhir ke Rusia melainkan langkah pertama guna meningkatkan hubungan antara kedua negara – menurut rilis yang dikeluarkan pemerintah setempat.
Your browser doesn’t support HTML5
Pada pertemuan dengan Presiden Putin hari Kamis, Kim diperkirakan akan meminta bantuan ekonomi terutama keringanan dari sanksi internasional yang tetap berlaku setelah perundingan nuklir dengan Amerika gagal.
Pertemuan dengan Putin merupakan KTT profil tinggi bagi Kim yang sampai penghujung tahun lalu belum pernah keluar negeri sejak memimpin Korea Utara tahun 2011.
Sementara itu – Korea Utara menggunakan pasar crypto-currency untuk mengelakkan sanksi global dan matauang maya (virtualisasi) itu mungkin digunakan untuk mendanai program senjata pemusnah masal. Demikian menurut laporan terbaru Royal United Service Institute yang berbasis di London.
Korea Utara dikenakan sanksi luas internasional menyusul ujicoba nuklir dan misil jarak jauh yang dilakukannya. Dan sedang berusaha memperoleh uang dan mengelakkan semua sanksi itu. Kalangan pengamat mengatakan matauang maya yang baru itu ada kemungkinan menjadi sumber utama bagi negara itu.
"Korea Utara sebenarnya memperoleh uang cukup banyak lewat mata uang maya dan memperolehnya di luar sistem keuangan tradisional. Dan ini dipergunakannya untuk membeayai program senjata pemusnah masal," kata Kayla Izenman.
Banyak pasar uang maya melarang pengguna dari Korea Utara. Pyongyang dituduh melakukan berbagai operasi peretasan untuk menghindari larangan itu. Dalam satu peretasan terhadap pasar bithumb Korea Selatan tahun 2017, peretas Korea Utara mencuri uang maya bitcoin dan ethereum senilai 7 juta dolar.
Meskipun uang maya dewasa ini memainkan peran kecil dalam kegiatan finansial Pyongyang, Izenman mengatakan negara itu mampu mengeksploitasi kelemahan dalam peraturan global. Tetapi diingatkan bahwa bisnis uang maya yang meningkat di Asia Tenggara terutama rentan karena regulator senantiasa bergelut untuk tetap sejajar dengan teknologinya. (al)