Israel menyerang lebih banyak target di Lebanon pada hari Minggu (29/9). Israel menekan Hizbullah dengan serangan-serangan baru setelah membunuh pemimpin kelompok dukungan Iran itu, Sayyed Hassan Nasrallah, dan beberapa komandan utamanya dalam kampanye militer yang meningkat.
Serangan tersebut merupakan pukulan berturut-turut yang mengejutkan bagi Hizbullah setelah penembakan lintas batas selama hampir setahun, yang menewaskan banyak pemimpinnya dan mengungkapkan celah keamanan yang lebar. Menteri pertahanan Israel sekarang ini sedang membahas perluasan ofensif.
Menyusul kematian Nasrallah, yang tewas dalam serangan udara besar-besaran di Beirut pada hari Jumat, Hizbullah menembakkan lagi rentetan roket terhadap Israel. Sementara itu, Iran mengatakan kematiannya akan dibalas.
Bombardemen Israel yang semakin intensif telah meningkatkan kekhawatiran bahwa konflik itu dapat lepas kendali, dan berpotensi melibatkan Iran maupun AS, sekutu terdekat Israel. AS hari Minggu mengatakan telah mengizinkan militernya untuk menggalang kekuatan di kawasan sambil mendesak penyelesaian diplomatik.
BACA JUGA: AS Tingkatkan Dukungan Udara dan Kesiapan Pasukan untuk Dikerahkan di TimtengJohn Kirby, penasihat Komunikasi Keamanan Nasional Gedung Putih dalam acara ABC This Week, Minggu mengatakan AS harus bersiap “menghadapi “menghadapi sejumlah respons dan kita harus memastikan bahwa kita siap, dan kita, memang siap. Kami percaya kita memiliki kemampuan pasukan yang dibutuhkan di kawasan.”
Kirby juga mendesak keluarga para sandera untuk tetap berharap.
Pertempuran antara Hizbullah dan Israel, putaran perang terakhir dalam empat dekade konflik, berlangsung bersamaan dengan perang Israel di Gaza melawan Hamas sejak kelompok Palestina dukungan Iran itu menyerang Israel pada 7 Oktober.
Berbagai upaya diplomatik sedikit sekali menunjukkan tanda-tanda kemajuan. [uh/ab]