Kisah Organisasi Amal Inggris Fasilitasi Anak-anak Muslim Terlantar

Anak-anak yatim di pinggiran timur Damaskus Ghouta, Suriah 30 Januari 2016, sebagai ilustrasi. (Foto: REUTERS/Bassam Khabieh)

Banyak anak Muslim di Inggris yang terlantar atau sudah tidak lagi memiliki orangtua menjadi anak negara. Tak sedikit di antara mereka kini dalam asuhan orangtua atau keluarga non-Muslim. Hidup dalam lingkungan keluarga yang berlainan agama tidaklah mudah, dan tak jarang membuat mereka tertekan. Sebuah organisasi amal di Inggris berusaha menjangkau orang-orang Muslim untuk bersedia membuka pintu hati dan rumah mereka bagi anak-anak Muslim itu.

Ada sekitar 70 ribu anak yang kini dalam asuhan negara di Inggris. Jumlah itu meningkat setiap tahunnya, karena berbagai hal, termasuk kehilangan orangtua dan keluarga dekat, atau karena sengaja dibuang dan ditelantarkan. Menurut hasil studi organisasi amal, Penny Appeal dan Universitas Coventry, Inggris sekitar 4.500 di antara mereka adalah anak-anak Muslim.

Seperti halnya negara-negara di dunia, solusi bagi anak-anak ini adalah orang tua asuh. Namun mengingat Islam bukanlah agama mayoritas di Inggris, banyak di antara anak-anak tersebut diasuh oleh mereka yang non-Muslim. Walhasil, tak sedikit di antara anak-anak itu yang mengalami kejutan budaya dan agama.

BACA JUGA: Kelompok Agama Minoritas Pakistan Rentan Didiskriminasi dan Diserang

Shah dan Shahenna Alli adalah pasangan Muslim yang telah 10 tahun mendedikasikan hidup mereka untuk menjadi orang tua asuh. Mereka sangat akrab dengan kejutan budaya yang dialami anak-anak Muslim yang tinggal dengan orangtua asuh yang non-Muslim.

“Mereka membutuhkan keluarga yang memiliki tradisi dan identitas seperti keluarga mereka sebelumnya. Mereka memerlukan makanan halal, pendidikan agama. Mereka membutuhkan ruang dan tempat di mana mereka bisa mempraktikan ajaran mereka. Mereka bisa shalat, mereka bisa berpuasa pada bulan ramadan," kata Shah Alli.

Menurut Shahenna Ali, situasi rumah yang sangat berbeda menyulitkan anak-anak Muslim beradaptasi.

"Mereka ingin makanan halal. Mereka ingin rumah yang bebas minuman beralkohol. Meski mereka tidak minum, keberadaan minuman beralkohol di rumah meresahkan mereka karena agama Islam memang tidak membolehkan Muslim mengonsumsi minuman beralkohol," kata Shahenna Ali.

Anak-anak migran mengambil pelajaran bahasa Inggris di Tijuana, Meksiko, 2 Agustus 2019., sebagai ilustrasi (Foto: REUTERS/Jorge Duenes)

James Foyle, Direktur Fostering Network, lembaga advokasi anak asuh berskala nasional, yang menghubungkan orang tua asuh dan anak asuh, menyadari kebutuhan akan orang-orang Muslim yang bersedia mengasuh anak-anak negara yang Muslim.

“Sangat penting untuk menempatkan anak asuh dalam keluarga yang sesuai dengan latar belakang budaya mereka. Kami menyadari itu. Kami membutuhkan banyak kelurga Muslim yang bersedia mengulurkan tangan untuk membantu. Saat ini dengan sangat terpaksa, banyak anak Muslim ditempatkan dalam keluarga yang non-Muslim. Tapi perlu juga Anda ketahui, ada juga anak-anak Kristen yang hidup dalam keluarga Muslim," kata Foyle.

Penny Appeals, sebuah lembaga nirlaba yang memfokuskan pada usaha memberantas kemiskinan, memahami kebutuhan itu. Mereka pun berusaha menjangkau umat Islam di Inggris untuk berpartisipasi menjadi orangtua asuh.

Menurut Doktor Abdullah Hassan, seorang imam terkemuka di Inggris, yang banyak terlibat dalam kegiatan Penny Appeals, ada sejumlah miskonsepsi yang menyebabkan langkanya orang-orang Muslim yang bersedia menjadi orang tua asuh.

BACA JUGA: Walaupun Pandemi, Muslim AS Tak Kesulitan Dapatkan Hewan Kurban

“Kami mendapati banyak orang Muslim yang keliru memahami apa dan bagaimana konsep orang tua asuh. Mereka tidak tahu betapa Islam sesungguhnya menganjurkan kita untuk mengasuh anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua," kata Hassan.

Ia mencontohkan, banyak Muslim beranggapan, untuk menjadi orang tua asuh, harus berstatus menikah, berkeluarga, berusia cukup muda, dan memiliki keuangan berlebihan. Hassan mengatakan, itu semua pemahaman yang keliru. Menurutnya, situasi tersebut memang ideal, namun bukan keharusan, karena para orang tua asuh juga mendapat bantuan dari pemerintah dalam banyak hal, termasuk keuangan.

Yang juga tak kalah penting, menurut Hassan, adalah keliru menganggap semua anak negara sebagai anak buangan yang berperilaku buruk dan akan merepotkan orang tua asuh. Ia mengatakan, Islam mengajarkan welas asih, dan umat Islam perlu menyebarkannya.

Penny Appeals bukan organisasi amal Muslim.Organisasi dengan jaringan internasional itu juga menghimbau agar orang-orang Muslim membuka hati dan rumahnya untuk anak-anak non-Muslim. [ab/uh]